Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Gedung DPRD Dibakar di Makassar, Muhammadiyah Imbau Masyarakat Tahan Diri

Kompas.com, 30 Agustus 2025, 18:40 WIB
Reza Rifaldi,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Makassar, KH Muhammad Said Abd Shamad, mengimbau seluruh lapisan masyarakat dan mahasiswa untuk tidak terprovokasi melakukan aksi anarkis.

Sebagaimana diketahui, aksi anarkis mewarnai unjuk rasa di beberapa titik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Jumat (29/8/2025) malam.

Gedung DPRD Sulsel, beberapa kendaraan di gedung Kejati Sulsel, dan Pos Polisi dibakar oleh massa yang tidak terkendali.

Paling parah, massa membakar gedung DPRD Makassar yang menyebabkan tiga orang tewas.

Gelombang demo yang berujung ricuh itu merupakan respons atas meninggalnya Affan Kurniawan (21), driver ojek online yang tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob saat unjuk rasa di Jakarta, Kamis (28/8/2025) malam.

Baca juga: Update Demo Ricuh Makassar: 4 Korban Tewas, Total Kerugian Materiil Rp 253 Miliar

"Berdasarkan firman Allah SWT, janganlah berbuat kerusakan di bumi. Jadi apa yang terjadi ini kita sangat sesalkan, jangan sampai kita diperalat oleh golongan tertentu yang ingin mengacaukan negara ini," kata KH Muhammad Said, dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (30/8/2025).

Menurutnya, aksi anarkis yang dilakukan massa hanya membuat hati rakyat luka.

Pasalnya, fasilitas-fasilitas yang dirusak dibangun menggunakan dana rakyat sendiri.

"Berapa kerugiannya itu gedung DPRD yang dibakar, mana gedungnya, arsip-arsipnya, dana yang ada di dalam. Dan pasti dibangun dengan uang rakyat lagi," ujar dia.

Tokoh agama Kota Daeng itu juga mengimbau agar masyarakat dapat menyampaikan aspirasi dengan damai dan memikirkan kemaslahatan masyarakat luas.

Baca juga: Sikapi Aksi Massa, Rektor Unhas Makassar Keluarkan Maklumat, Berikut Isinya

Penampakan gedung DPRD Makassar, Jl AP Pettarani, hangus dibakar massa, Jumat (29/8/2025) malam. Penampakan gedung DPRD Makassar, Jl AP Pettarani, hangus dibakar massa, Jumat (29/8/2025) malam.

"Kalau kita punya aspirasi, itu caranya menyampaikan dengan baik, tidak merusak. Karena dalam agama itu selalu dikatakan, kita harus menghindari kerusakan. Kita harus mempertimbangkan kemaslahatan dan kerusakan," ucap KH Muhammad Said.

"Tindakan seperti ini mungkin ada maslahatnya, tapi kerusakannya lebih banyak. Jadi kalau dalam pandangan agama, ini tidak dibenarkan. Maka saya sebagai Ketua PD Muhammadiyah Makassar mengimbau kepada ananda mahasiswa dan seluruh komponen masyarakat supaya menahan diri," tambah dia.

Dia menyampaikan, aksi anarkis hingga perusakan yang dilakukan massa disebut dapat menguntungkan beberapa pihak yang mempunyai kepentingan tertentu.

"Karena yang akan untung di sini pihak-pihak yang akan mengacaukan negara ini. Dan, rakyat lah yang akan menderita dan ke depan kita tidak tahu, siapa tahu ini diatur orang tertentu untuk mengacaukan negara dan selanjutnya akan menguasai negara kita," tutup dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau