LUWU TIMUR, KOMPAS.com – Gempa magnitudo 5,0 mengguncang Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Jumat (7/3/2025) pukul 16.34.04 Wita.
Gempa tersebut menyebabkan kepanikan di kalangan warga Desa Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur, dan mengakibatkan kerusakan pada beberapa bangunan, termasuk rumah ibadah.
Kasubsi Humas Polres Luwu Timur, Bripka A Muh Taufik, menyatakan bahwa gempa tersebut dapat dirasakan di seluruh wilayah hukum Polsek Wasuponda selama 15 detik.
"Akibat dari gempa tersebut korban jiwa nihil, namun salah satu bangunan Masjid Al Hijrah di Dusun Dandawasu, Desa Parumpanai mengalami kerusakan dan ambruk pada bagian tembok dinding bangunan sebanyak 4 titik, dan salah satu jendela masjid Al Hijrah terlepas," ungkap Taufik.
Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?
Baca juga: Potensi Gempa Megathrust di Yogyakarta dan Kecamatan yang Perlu Diwaspadai...
Gempa bumi tektonik berskala magnitudo 5,0 mengguncang Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (07/3/2025) pukul 16.34.04 WITA.
Meski terjadi gempa, Taufik menambahkan bahwa aktivitas masyarakat di Wasuponda hingga saat ini masih berjalan normal.
"Aktivitas warga pascagempa tidak menimbulkan kepanikan terkait gempa bumi yang dimaksud, kini berjalan normal," ucapnya.
Selain Masjid Al Hijrah, kerusakan juga dilaporkan terjadi pada rumah warga di Dusun Lahumpangi Timur, Desa Parumpanai.
"Satu rumah warga atas nama Sadike (60) rusak, rumah tersebut dalam proses pembangunan dan belum dipasang coran pengancing di bagian atasnya," jelas dia.
Baca juga: Penjelasan soal Potensi Gempa Megathrust dan Perlunya Mengakhiri Kepanikan...
Taufik juga menyampaikan bahwa pihak Polres Luwu Timur dan jajarannya akan terus memantau perkembangan pascakejadian, terutama di wilayah hukum Polsek Wasuponda.
"Kami melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk antisipasi gempa susulan jika terjadi dan meminta warga untuk tetap tenang serta tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa tersebut memiliki episenter di darat, 20 km barat laut Luwu Timur, pada kedalaman 10 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Matano. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," jelasnya, Jumat.
Baca juga: Apa Itu Megathrust yang Bisa Picu Gempa dan Tsunami di Indonesia?
Daryono juga menyebutkan bahwa gempa ini dirasakan di daerah Malili, Mangkutana, dan Wasuponda dengan skala intensitas III-IV MMI.
"Dirasakan di daerah Bungku dengan skala intensitas III MMI. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," tambahya.
Hingga pukul 16.50 Wita, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan.
Daryono mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa, periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, serta tidak ada kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," tutup Daryono.
Baca juga: Gempa Megathrust Tinggal Menunggu Waktu, Bagaimana Mitigasinya?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang