Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengungsi Banjir Danau Limboto Gorontalo di Tenda Pengungsian, Sulit Air Bersih dan Makanan

Kompas.com, 9 Juli 2024, 11:03 WIB
Rosyid A Azhar ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com - Sudah 12 hari Fatma Gani (26) dan pengungsi warga Desa Buhu Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo lainnya hidup di tenda pengungsian.

Di tempat ini tercium aroma kotoran sapi yang menyengat hingga ke dalam tenda. Karena tidak jauh dari tenda terdapat kumpulan sapi yang juga ikut diungsikan.

Fatma tinggal bersama keluarganya, yakni sang suami Ali Ibrahim yang merupakan nelayan danau, juga ada 3 anaknya, Aliyando Ibrahim berusia 9 tahun, Ali Ibrahim 8 tahun, dan si bungsu Amora Ibrahim yang masih 8 bulan.

Keluarga ini berhimpit berbagi ruang tenda dengan 4 keluarga lainnya. Tidak ada kenyamanan di dalam tenda. Lembab, lantai berair, dan pengap.

Baca juga: Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

"Kami sulit memasak, tidak ada dapur di sini. Kalau harus memasak menggunakan teras rumah orang yang tidak kebanjiran," kata Fatma, Selasa (9/7/2024).

Untungnya, ia dan pengungsi lainnya mendapat makanan siap saji setiap hari.

Setidaknya kiriman makanan ini bisa mengurangi beban hidup keluarganya. Terlebih suaminya sulit mendapatkan ikan jika kondisi danau terus meluap.

Fatma mengaku sudah bosan tinggal di bawah tenda plastik warga oranye bertuliskan Kemensos. Apalagi tiap hari hujan menguyur, kondisi lantai beton menjadi basah dan lembab, belum lagi air bersih mulai sulit didapat meskipun di belakang tenda terdapat penampung air.

Kebutuhan air bersih para pengungsi membuat persediaan air cepat habis.

Belum ada tanda-tanda air danau surut, bahkan hari ini luapannya bertambah tinggi menggenangi area yang lebih luas.

Seorang wanita muda warga Desa Hutadaa membawa barang berharganya meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman setelah air Danau Limboto meluap. Banyak rumah warga yang terendam hingga ketinggian dada orang dewasa.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Seorang wanita muda warga Desa Hutadaa membawa barang berharganya meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman setelah air Danau Limboto meluap. Banyak rumah warga yang terendam hingga ketinggian dada orang dewasa.

“Biasanya lama surutnya,” kata Yunus Pomboo yang biasa diupanggil Koko (25 tahun) warga Buhu lainnya yang bekerja di gudang penampungan besi tua tidak jauh dari rumahnya.

Yunus mengaku sudah beberapa hari ini tidak bekerja. Rumahnya sudah tenggelam setengah, ketinggian air sudah sedada orang dewasa. Hingga hari ini, dia masih berupaya menyelamatkan barang-barangnya.

“Yang saya takutkan aliran Listrik, jangan sampai membayakan keselamatan kami,” ujar Yunus.

Yunus tinggal di perumahan khusus nelayan yang dibangun Kementerian Tenaga Kerja beberapa tahun lalu, perumahan ini biasa disebut rumah deret, mungin karena posisinya berderet-deret yang lebih teratur dari rumah warga kampung.

Rumah deret ini semua tenggelam saat danau Limboto meluap, ada 3 lokasi perumahan khusus nelayan yang dibangun di Kabupaten Gorontalo ini, semuanya berada di badan danau, Bahkan di Desa Kayubulan ketinggian air sudah mencapai leher orang dewasa,

Halaman:


Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau