“Yang rutin datang hamper tap hari ya hiu paus. Bahkan pernah sampai 12 ekor dalam sehari dari pagi sampai sore. Kalau muncul terlihat sirip punggungnya duluan,” ujar Arfan.
Kegiatan wisata ini memberi penghasilan tambahan bagi warga sekitar, mereka bisa menyewakan perahu kayu ke nelayan lain yang membawa wisatawan ke laut.
Bagi wisatawan yang tidak turun ke air bisa menikmati gemulainya hiu paus dari atas perahu. Pengunjung yang mahir menyelam atau snorkling bisa menceburkan diri ke air namun ada sejumlah aturan yang harus ditaati.
“Dari wisata ini nelayan pemilik perahu dapat uang Rp 15-20 ribu, nelayan yang membawa perahu dapat Rp 40-50 ribu untuk sekali turun yang waktunya sekitar 20 menit,” ungkap Arfan.
Pada tahun 2016-2017, kunjungan wisatawan dalam sepekan bisa sampai 10 ribu orang. Mereka mengantre melihat hiu paus karena perahu yang turun dibatasi jumlahnya.
Arfan juga menjelaskan sebelum ada pandemi Covid-19 penghasilan pembawa perahu bisa mencapai Rp 500-600 ribu sehari.
Bagi nelayan, pendapatan ini sangat besar jika dibandingkan bekerja mencari ikan. Namun saat wabah virus Corona melanda, tidak ada wisatawan yang datang, perahu-perahu ini pun lebih banyak di tepi pantai.
Sri Rahayu Ali yang biasa disapa Ain, anak gadisnya Arfan berumur 12 tahun ini memiliki pengalaman interaksi menarik dengan hiu paus ini. Sejak kelas 3 sekolah dasar ia sudah terbiasa berenang dengan ikan raksasa ini.
“Kalau mandi di laut saya tidak takut hiu paus, mereka baik. Tapi sepupu saya ketakutan,” kata Ain.
Baca juga: Habitat Hiu Paus di Sumbawa Terancam Rusak, Pemprov NTB Terbitkan Pergub
Keberadaan hiu paus di Botubarani memang menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak pihak. Banyak lembaga yang memiliki kepentingan terlibat di desa ini, salah satunya adalah kehadiran Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar yang memiliki wilayah kerja seluruh pulau Sulawesi.
Fahri Amar Analis Pengusahaan Jasa Kelautan Pertama BPSPL Makassar yang bertugas di Gorontalo menambahkan informasi selama bulan Maret ada 3 individu yang diidentifikasi menggunakan identitas foto, dari ketiga individu ini 2 di antaranya adalah hiu puas yang sudah terpasang tagging satelit.
Dedikasi Fahri selama bertahun-tahun di lapangan menjalankan tugas instansinya memberi dampak yang signifikan pada ilmu pengetahuan dan kepariwisataan minat khusus ini. Data-data yang terpampang di lokasi ini menjadi informasi penting kehadiran raksasa laut ini.
Kepala BPSPL Makassar Permana Yudiarso menjelaskan, instansinya masuk ke Botubarani sejak tahun 2016 saat pertama ditemukan hiu paus.
Instansi ini melalui Kantor Wilayah Kerja Gorontalo sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut melaksanakan Undang-Undang Perikanan nomor 45 tahun 2009 dalam konservasi sumber daya ikan.
“Kami mendukung pelestarian dan pemanfaatan hiu paus secara berkelanjutan. Ini merupakan Mandat UU Perikanan dan PP nomor 60 tahun 2007 tentang konservasi sumber daya ikan di mana hiu paus merupakan salah satu ikan dilindungi oleh Pemerintah RI,” kata Permana Yudiarso.
Kegiatan yang dilakukan sejat tahun 2016 meliputi pendataan kemunculan hiu paus dengan kerjasama pendataan berbasis masyarakat termasuk pemasangan alat bioakustik dan identifikasi frekuensi radio (RFID) dan Global Positioning System (GPS).
BPSPL juga mempromosikan interaksi hiu paus melalui penerapan kode etik terutama untuk wisata pengamatan sesuai ketentuan Kementerian Kelautan dan Perikanan, menguatkan kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak) dengan memberikan bantuan peralatan selam dan pelatihan kompentensi (selam) dan mendampingi Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan di Teluk Gorontalo.
Baca juga: 13 Spesies Hiu Paus Baru Teridentifikasi Balai Besar Teluk Cendrawasih
Desa Botubarani yang menjadi bagian dari pengelolaan kawasan Konservasi Perairan di Teluk Gorontalo yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, maka BPSPL Makassar melakukan pendampingan sebagai Satuan Unit Operasional Pengelola (SUOP) secara bersama.
“Kami melakukan penilaian efiktivitas kawasan (Evika) setiap tahun dan pendampingan agar pemanfaatan sesuai aturan, juga pendampingan perizinan dasar kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut (KKPRL) dan perizinan usaha di kawasan konservasi,” tutur Permana.
Untuk rencana pengelolaan kawasan wisata hiu paus Botubarani ke depannya, BPSPL Makassar akan melakukan penguatan kelompok dari sisi ekonomi melalui pendidikan literasi keuangan UMKM, pelatihan kompetensi pengelola kawasan, masyarakat, pelaku usaha UMKM selam dan snorkeling. Bantuan sarana dan Prasarana lain untuk pendataan hiu paus dan pendataan pengunjung sebagai data dukung serta aturan interaksi denagn hiu paus.
“Kami juga memperkuat penelitian akademisi di KKP Teluk Gorontalo, melalui program Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM), penelitian mahasiswa, penelitian pakar untuk modeling habitat, jalur migrasi, dan lain-lain,” tutur Permana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.