Salin Artikel

Tak Pernah Diusik, Hiu Paus di Botubarani Dianggap Berkah oleh Nelayan

GORONTALO, KOMPAS.com - 26 hari di bulan Maret kemarin, hiu paus atau whale shark (Rhincodon typus) selalu mencul di pantai Botubarani, Gorontalo.

Kemunculan spesies ikan terbesar ke permukaan laut ini tidak membuat nelayan khawatir. Justru sebaliknya, kehadiran mereka ditunggu-tunggu dan menjadi berkah.

Botubarani adalah salah satu desa yang lokasinya tepat menghadap ke Teluk Tomini. Desa ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

Selain air laut yang sangat jernih, salah satu yang paling dikenal dari pantai Botubarani adalah wisata hiu paus.

Pantai Botubarani tak terlalu jauh dari pusat kota Gorontalo, hanya 12 kilometer. Kurang lebih butuh waktu 30 menit berkendara menggunakan sepeda motor atau mobil dari pusat kota.

Tak heran, pantai yang berada di tepi jalan ini dapat menarik banyak pengunjung yang ingin melihat hiu paus lebih dekat, baik wisatawan lokal, luar daerah, maupun mancanegara.

Saat Kompas.com mengunjungi pantai Botubarani Rabu pagi, air laut begitu jernih dan bening. Batu dan koral di dasar laut terlihat jelas.

Di dinding pagar pembatas pantai, lukisan mural hiu paus dan sepasang nou uti Gorontalo mempertegas kawasan ini merupakan objek wisata penting di Gorontalo. Semua tersaji harmoni di desa Botubarani.

Hiu paus pembawa berkah

Setiap kali hiu paus datang ke pantai Botubarani, penduduk asli yang sebagian besar merupakan nelayan sangat bergembira menyambutnya.

Warga percaya, kedatangan hiu paus membawa berkah.

Olis Latif, warga Desa Botubarani mengatakan, setiap kali hiu paus datang, diikuti beberapa jenis ikan dalam jumlah besar. Seperti tongkol (Euthynnus affinis), lajang (Decapterus), atau ikan oci (Rastrelliger kanagurta).

“Kalau cerita orang-orang tua kami seperti itu (hiu paus pembawa berkah). Makanya kami tidak pernah membunuh. Hiu paus juga tidak mecelakakan kami. Kedatangan hiu paus selalu membawa ikan-ikan lain, inilah yang kami tangkap sebagai berkah,” kata Olis dijumpai Kompas.com, Rabu (3/4/2024).

Sejak pagi, Olis mengamati laut. Dia menanti munculnya hiu paus di depan matanya.

Namun sudah tiga hari ke belakang, ikan besar yang bernapas dengan insang ini tak juga muncul.

Olis mengaku mengenali tiga hiu paus yang kerap mondar-mandir di laut belakang rumahnya lewat corak tutul di tubuh mereka.

Ada Serli yang memiliki panjang sekitar 5,4 meter, kemudian Serla yang panjangnya 4,8 meter, dan paling kecil namanya Serlok panjangnya 4,3 meter.

Setelah matahari agak meninggi, ia menuju papan informasi. Mengambil spidol hitam yang diselip di antara kayu dan menuliskan angka nol pada kolom hari ini.

Ya, Olis tengah mengabsen kehadiran satwa ini. Dari papan itu terlihat, sejak tanggal 1-3 April 2024 setiap kotak dituliskan angka nol.

Mulai masuk musim Nike

Olis tidak kecewa. Dia hanya mengatakan, saat ini bulan di langit semakin mengecil seiring usia bulan.

"Ini berarti segera tiba musim nike," katanya.

Nike adalah sebutan untuk salah satu jenis ikan kecil di Gorontalo.

Setiap musim nike, ikan kecil itu akan berenang dari teluk Gorontalo ke mulut muara pertemuan dua sungai besar, yakni Bolango dan Bone.

Mereka melakukan itu untuk berkembang biak di perairan air tawar.

“Kalau nike sudah muncul, hiu paus tidak datang. Ia (hiu paus) ikut berburu dan menyantap nike,” ungkap Olis.

Olis menjelaskan meskipun nike ini berada di dasar perairan, hiu paus akan tetap mengisap kumpulan nike melalui mulutnya yang lebar.

Tak jarang, nelayan menangkap hiu paus berada di dalam jaring nelayan nike. Jika mendapat seperti ini, para nelayan nike akan melepaskan hiu paus kembali.

Saat-saat bertemu hiu paus

Tidak jauh dari Olis, nelayan lainnya bernama Arfan Ali sedang asyik memasukkan pelampung berwarna putih ke dalam tali plastik, panjang tali ini sekitar 900 m.

“Kata orangtua kami, sejak lama hiu paus ini muncul, tapi dulu tidak singgah berlama-lama seperti sekarang ini,” ujar Arfan Ali.

Ia mengaku saat pertama kali bertemu dengan hiu paus muncul perasaan takut.

Apalagi saat membuang kulit udang dari atas perahu, ia bisa didatangi 5-6 ekor hius paus yang berebut mengisap pakan ini.

“Kalau berebut pakan sering menyenggol perahu hingga bergoyang-goyang, mulutnya yang besar menganga terlihat mengisap apapun yang ada di permukaan air,” tutur Arfan.

Warga pesisir Botubarani mulai menyadari kehadirannya yang lebih lama sekitar tahun 2013, hampir setiap hari satwa raksasa ini muncul di belakang rumah nelayan.

Meskipun sejak dulu para nelayan mengetahui kehadiran hiu paus ini namun hingga saat ini tidak terdengar adanya perburuan. Selain ikan ini dihormati sebagai pembawa berkah rezeki, warga juga tidak mengonsumsi dagingnya.

Laut di Botubarani ini memiliki karakteristik khas, 10-15 meter dari bagian belakang rumah rumah warga pantainya landai, namun setelah itu langsung membentuk jurang yang curam di bawah permukaan air. Di lepas dinding yang curam inilah hiu paus sering datang dan bermain.

“Dalamnya antara 20-30 meter. Di situ mereka suka datang,” ujar Arfan Ali.

Di antara rumah warga terdapat pabrik pengolahan ikan, Arfan Ali dulunya bekerja di sini. Limbah pabrik ini seperti kulit kepala udang acap kali dibuang di laut dan dijadikan umpan untuk memancing hiu paus naik ke permukaan.

“Sekarang tidak ada udang di pabrik, para nelayan yang menjadi pemandu wisata menggunakan udang jarlombo untuk menarik hiu paus datang dan bermain dengan wisatawan,” ungkap Arfan.

Menurutnya jika memanggil hiu paus tanpa menggunakan udang, satwa ini tidak akan berlama-lama, hanya melintas.

Arfan dan juga nelayan lainnya pada tahun 2016 baru mengetahui bahwa hiu paus adalah satwa yang dilindungi undang-undang. Ikan ini kemudian dijadikan atraksi wisata yang menarik perhatian wisatawan lokal, Nusantara dan mancanegara.

Di perairan Botubarani tidak hanya didatangi hiu paus saja. Orca sang paus pembunuh (Orcinus orca) juga sering terlihat.

Paus ini tidak mendekati pantai, terlihat lebih suka berada agak jauh, sedangkan kelompok lumba-lumba pernah terlihat sebanyak 5 ekor mendekati pantai.

“Yang rutin datang hamper tap hari ya hiu paus. Bahkan pernah sampai 12 ekor dalam sehari dari pagi sampai sore. Kalau muncul terlihat sirip punggungnya duluan,” ujar Arfan.

Kegiatan wisata hiu paus

Kegiatan wisata ini memberi penghasilan tambahan bagi warga sekitar, mereka bisa menyewakan perahu kayu ke nelayan lain yang membawa wisatawan ke laut.

Bagi wisatawan yang tidak turun ke air bisa menikmati gemulainya hiu paus dari atas perahu. Pengunjung yang mahir menyelam atau snorkling bisa menceburkan diri ke air namun ada sejumlah aturan yang harus ditaati.

“Dari wisata ini nelayan pemilik perahu dapat uang Rp 15-20 ribu, nelayan yang membawa perahu dapat Rp 40-50 ribu untuk sekali turun yang waktunya sekitar 20 menit,” ungkap Arfan.

Pada tahun 2016-2017, kunjungan wisatawan dalam sepekan bisa sampai 10 ribu orang. Mereka mengantre melihat hiu paus karena perahu yang turun dibatasi jumlahnya.

Arfan juga menjelaskan sebelum ada pandemi Covid-19 penghasilan pembawa perahu bisa mencapai Rp 500-600 ribu sehari.

Bagi nelayan, pendapatan ini sangat besar jika dibandingkan bekerja mencari ikan. Namun saat wabah virus Corona melanda, tidak ada wisatawan yang datang, perahu-perahu ini pun lebih banyak di tepi pantai.

Sri Rahayu Ali yang biasa disapa Ain, anak gadisnya Arfan berumur 12 tahun ini memiliki pengalaman interaksi menarik dengan hiu paus ini. Sejak kelas 3 sekolah dasar ia sudah terbiasa berenang dengan ikan raksasa ini.

“Kalau mandi di laut saya tidak takut hiu paus, mereka baik. Tapi sepupu saya ketakutan,” kata Ain.

Dipantau pemerintah

Keberadaan hiu paus di Botubarani memang menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak pihak. Banyak lembaga yang memiliki kepentingan terlibat di desa ini, salah satunya adalah kehadiran Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar yang memiliki wilayah kerja seluruh pulau Sulawesi.

Fahri Amar Analis Pengusahaan Jasa Kelautan Pertama BPSPL Makassar yang bertugas di Gorontalo menambahkan informasi selama bulan Maret ada 3 individu yang diidentifikasi menggunakan identitas foto, dari ketiga individu ini 2 di antaranya adalah hiu puas yang sudah terpasang tagging satelit.

Dedikasi Fahri selama bertahun-tahun di lapangan menjalankan tugas instansinya memberi dampak yang signifikan pada ilmu pengetahuan dan kepariwisataan minat khusus ini. Data-data yang terpampang di lokasi ini menjadi informasi penting kehadiran raksasa laut ini.

Kepala BPSPL Makassar Permana Yudiarso menjelaskan, instansinya masuk ke Botubarani sejak tahun 2016 saat pertama ditemukan hiu paus.

Instansi ini melalui Kantor Wilayah Kerja Gorontalo sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut melaksanakan Undang-Undang Perikanan nomor 45 tahun 2009 dalam konservasi sumber daya ikan.

“Kami mendukung pelestarian dan pemanfaatan hiu paus secara berkelanjutan. Ini merupakan Mandat UU Perikanan dan PP nomor 60 tahun 2007 tentang konservasi sumber daya ikan di mana hiu paus merupakan salah satu ikan dilindungi oleh Pemerintah RI,” kata Permana Yudiarso.

Kegiatan yang dilakukan sejat tahun 2016 meliputi pendataan kemunculan hiu paus dengan kerjasama pendataan berbasis masyarakat termasuk pemasangan alat bioakustik dan identifikasi frekuensi radio (RFID) dan Global Positioning System (GPS).

BPSPL juga mempromosikan interaksi hiu paus melalui penerapan kode etik terutama untuk wisata pengamatan sesuai ketentuan Kementerian Kelautan dan Perikanan, menguatkan kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak) dengan memberikan bantuan peralatan selam dan pelatihan kompentensi (selam) dan mendampingi Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan di Teluk Gorontalo.

Desa Botubarani yang menjadi bagian dari pengelolaan kawasan Konservasi Perairan di Teluk Gorontalo yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, maka BPSPL Makassar melakukan pendampingan sebagai Satuan Unit Operasional Pengelola (SUOP) secara bersama.

“Kami melakukan penilaian efiktivitas kawasan (Evika) setiap tahun dan pendampingan agar pemanfaatan sesuai aturan, juga pendampingan perizinan dasar kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut (KKPRL) dan perizinan usaha di kawasan konservasi,” tutur Permana.

Untuk rencana pengelolaan kawasan wisata hiu paus Botubarani ke depannya, BPSPL Makassar akan melakukan penguatan kelompok dari sisi ekonomi melalui pendidikan literasi keuangan UMKM, pelatihan kompetensi pengelola kawasan, masyarakat, pelaku usaha UMKM selam dan snorkeling. Bantuan sarana dan Prasarana lain untuk pendataan hiu paus dan pendataan pengunjung sebagai data dukung serta aturan interaksi denagn hiu paus.

“Kami juga memperkuat penelitian akademisi di KKP Teluk Gorontalo, melalui program Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM), penelitian mahasiswa, penelitian pakar untuk modeling habitat, jalur migrasi, dan lain-lain,” tutur Permana.

https://makassar.kompas.com/read/2024/04/04/034600678/tak-pernah-diusik-hiu-paus-di-botubarani-dianggap-berkah-oleh-nelayan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke