Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tarian Sulawesi Tengah dan Fungsinya

Kompas.com, 13 Oktober 2023, 23:14 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Tarian menjadi salah satu kekayaan budaya di suatu daerah, tak terkecuali tarian Sulawesi Tengah.

Tarian Sulawesi Tengah menggambarkan budaya masyarakat Sulawesi Tengah, seperti tenun sarung maupun kehidupan sebagai petani.

Fungsi tarian Sulawesi Tengah antara lain sebagai ungkapan rasa syukur, penyambutan tamu, maupun acara budaya.

Berikut ini sejumlah tarian Sulawesi Tengah

Tarian Sulawesi Tengah

1.Tari Pontanu

Tarian Pontanu berasal dari Sulawesi Tengah, khususnya Donggala. Tarian menggambarkan kegiatan para penenun sarung di Donggala.

Penari tari Pontanu adalah penari wanita berjumlah empat orang atau lebih.

Gerakan tari Pontanu diawali dengan gerakan tari yang dikreasikan, gerakan menenun, dan membentangkan sarung Donggala yang dibawa oleh masing-masing penari.

Musik pengiring berupa alat musik tradisional Sulawesi Tengah, seperti ngongi dan ganda.

Busana penari tari Pontanu adalah busana adat dengan baju longgar tanpa lengan disebut Nggembe dan bawahnnya menggunakan sarung khas Donggala yang disebut Buya Sabe.

Baca juga: Tari Pontanu, Tari Tradisional Suku Kaili Sulawesi Tengah

2. Tari Dopalak

Tari Dopalak adalah tari tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah dan biasanya ditarikan sebanyak tujuh penari.

Satu penari berperan sebagai palima, yakni kepala penari. Sedangkan, enam penari lainnya disebut dayang-dayang.

Tari Dopalak menggambarkan tujuh penari membawa dulang, yang biasa digunakan untuk mencari emas secara tradisional.

Gerakan tari Dopalak menggambarkan masyarakat yang tengah mencari emas yang bercampur pasir.

Busana penari berupa busana adat Sulawesi Tengah berupa baju lengan pendek dengan warna cerah, seperti kuning dan merah.

Tari Dopalak diiringi dengan alat musik tradisional Sulawesi Tengah, yaitu Kakula Nuada.

Sejumlah remaja putri membawa boya sabe atau sarung Donggala saat mementaskan tari pontanu karya Hasan Bahasyuan pada pembukaan Festival Tenun Donggala di Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (11/8/2022). Festival yang menampilkan aneka ragam dan cara pembuatan sarung Donggala dan difasilitasi Kemenparekraf itu dimaksudkan untuk menggairahkan kembali penggunaan kain tenun khas tersebut di masyarakat sekaligus sebagai promosi daerah. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.BASRI MARZUKI Sejumlah remaja putri membawa boya sabe atau sarung Donggala saat mementaskan tari pontanu karya Hasan Bahasyuan pada pembukaan Festival Tenun Donggala di Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (11/8/2022). Festival yang menampilkan aneka ragam dan cara pembuatan sarung Donggala dan difasilitasi Kemenparekraf itu dimaksudkan untuk menggairahkan kembali penggunaan kain tenun khas tersebut di masyarakat sekaligus sebagai promosi daerah. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.

Kakula adalah nama alat musik yang terdiri dari tujuh buah gong kecil yang ditempatkan secara berderet.

3. Tari Raigo

Tari Raigo adalah tari tradisional yang berkembang khususnya pada suku Kulawi, Kaili, dan Bada.

Tari Raigo menggambarkan kemenangan, kegembiraan, dan rasa syukur atas hasil panen.

Tarian tersebut dilakukan dengan melantunkan syair-syair yang berisi pesan moral bagi yang mendengarkannya dan makna terhadap pelaksanaan upacara adat.

Latunan syair dalam tari Raigo juga menunjukkan budaya lisan pada masyarakat tersebut. Salah satunya suku Kulawi yang tidak mengenal tulisan.

Hal tersebut menyebabkan pewarisan budaya hanya dilakukan secara lisan dan peniruan saat pelaksanaan tari Raigo.

4. Tari Dero

Tari Dero berasal dari Poso, Sulawesi Tengah.

Dahulu, tari Dero sebagai bagian upacara adat, pesta adat, pesta panen, dan upacara adat lainnya.

Baca juga: Tari Pamonte, Tari Khas Sulawesi Tengah

Bagi masyarakat suku Pamona dari Sulawesi Tengah, tari Dero sebagai uangkapan rasa syukur atas kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan.

Tari Dero dilakukan secara massal dalam jumlah banyak, baik wanita maupun pria dalam segala usia.

Musik pengiringnya berupa nyanyian syair dengan gerakan penuh keceriaan.

Tari Dero diwariskan secara turun temurun dan masih lestari hingga saat ini.

Tari Dero tampil diberbagai acara yang bersifat hiburan.

5. Tari Pamonte

Tari Pamonte adalah salah satu tari tradisional dari Sulawesi Tengah.

Tari Pamonte menggembarkan kehidupan masyarakat saat musim panen tiba, seperti memetik tanaman secara gotong royong.

Tari Pamonte biasanya ditarikan oleh 10 orang penari perempuan dengan seorang berperan sebagai penghulu yang disebut Tadulako.

Tadulako akan memberikan aba-aba kepada kepada penari lainnya.

Gerakan tari Pamonte mengikuti mengambil gerakan petani memanen padi hingga menjadi beras.

Busana penari tari Pamonte berupa busana khas petani dengan membawa alat berupa tudung (topi) alu untuk menumbuk padi, dan bakul sebagai tempat padi.

Panulis: Ari Welianto

Sumber:

kikomunal-beta.dgip.go.id

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

palu.tribunnews.com

www.kompas.com

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau