MAKASSAR, KOMPAS.com - Bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo menyebut pemilu sebagai loyalitas lima tahunan. Pasalnya saat kontestasi lima tahunan itu, siapa pun bisa menjadi kawan dan lawan lagi, atau sebaliknya.
"Karena kontestasi lima tahunan itu adalah loyalitas lima tahunan. Besok kita akan berjumpa lagi atau kita akan lawan lagi," kata Ganjar di Rakernas Apeksi, di Kota Makassar, Kamis (13/6/2023).
Dia mencontohkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang sebelumnya menjadi lawan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kini masuk kabinet.
Baca juga: Saat Ganjar Ungkap Satu Kata untuk Bacapres Lain di Rakernas Apeksi, Prabowo Senior, Anies Teman
"Pak Prabowo dan Mas Sandi ikut pemerintahan pak Jokowi. Dan kita harusnya berpikir itulah damai, itu lah peace, itulah kita membangun yang ada," tuturnya.
Dia setuju bahwa saat ini bukan untuk saling membentur-benturkan antarkontestan pemilu. Dia mengatakan jangan sampai pemilu malah membuat pembelahan sosial.
"Kita sudah punya pengalaman. Jangan sampai terjdi pembelahan sosial. Jangan sampai hoaksnya bertebaran dan kita berkelahi habis-habisan dengan saudara kita sendiri. Sudah deh," katanya.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) ini mengungkapkan kedekatannya dengan bacapres lain yakni Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Dia mengaku pernah menjadi juru kampanye (jurkam) Prabowo saat pilpres tahun 2024. Kemudian menjadi jurkam Presiden Jokowi saat melawan Prabowo. Meski begitu dia menyebut hubungannya dengan Prabowo tetap baik.
"Dengan segala hormat saya kepada Pak Prabowo, saya pernah menjadi jurkamnya beliau ketika Mega-Prabowo. Kami kalah. Pada saat harus bertanding Pak Jokowi dan Pak Prabowo, dua kali saya jadi jurkamnya Pak jokowi dan menang. Dan kami berkomunikasi sampai hari ini baik-baik saja," tuturnya.
Sementara dengan Anies Baswedan, Ganjar mengaku sudah kenal lama. Dia mengatakan sering bercanda dengan Anies. Bahkan saat ibadah haji, dirinya dan Anies menginap di hotel yang sama.
"Dengan Mas Anies, teman saya saat kuliah. Kami berteman lama sekali. Kalau ledek-ledekan, kita ledek-ledekan pakai gaya mahasiswa waktu di UGM. Asyik-asyik saja kan. Dan waktu naik haji kemarin, kami bareng-bareng satu hotel. Setiap hari makan sarapan bareng. Kita bercanda selalu," katanya.
Menurutnya jika pemilu membuat terbelah maka yang tersakiti adalah masyarakatnya. Padahal di saat yang sama banyak tantangan yang harus dihadapi.
"Padahal tantangannya demokrasi. Transformasi digital yang belum tuntas. Kecepatan infrastruktur teknologi informasi masih sangat lambat dan di remote area belum bisa mengakses. Sementara anak-anak muda yang tadi Kang Bima kumpulkan butuh itu untuk bisa mengembangkan seluruh potensinya. Apakah tidak itu yang lebih baik kita pikirkan?" pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.