Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Pengeroyokan Pelajar SMP di Palopo, Polisi Periksa 6 Terduga Pelaku

Kompas.com, 1 November 2022, 15:01 WIB
Amran Amir,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

PALOPO, KOMPAS.com – Sebuah video pengeroyokan yang menimpa pelajar SMP di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, viral di media sosial.

Pelajar SMP tersebut babak belur dikeroyok saat jam pulang sekolah. Korban dianiaya teman sekolahnya dan anak putus sekolah. Mirisnya lagi, salah satu pelaku pengeroyokan diketahui merupakan pelajar yang sudah duduk di bangku SMA.

Diketahui pelajar tersebut diduga siswa di SMPN 7 Kota Palopo, dalam video itu sejumlah siswa mengenakan pakaian coklat atau Pramuka, termasuk korban dan dianiaya oleh rekannya.

Baca juga: Tahanan Kasus Narkoba Dikeroyok hingga Tewas di Sel B10 Lapas Kediri, 3 Napi Jadi Tersangka

Selain itu, terdapat pelaku pengeroyokan mengenakan bukan pakaian sekolah dan melakukan penganiayaan, korban dipukuli secara membabi buta dengan pukulan tangan hingga diinjak-injak.

Kasat Reskrim Polres Palopo Iptu Akhmad Risal mengatakan, kejadian itu saat korban menunggu jemputan orangtuanya. Tiba-tiba salah seorang pelaku bertanya dengan mengatakan "kamu anak mana", korban pun menyebut salah satu jalan di Kota Palopo.

“Begitu si korban menyebut nama salah satu daerah atau jalan, pelaku secara bersama-sama langsung memukuli korban sebagaimana yang tayang atau viral di media sosial,” kata Risal, saat dikonfirmasi, Selasa (1/11/2022) sore.

Lanjut Risal, setelah beredarnya video tersebut, saat ini pihaknya sudah memeriksa para terduga pelaku.

“Saat ini ada enam orang anak terduga pelaku yang kami periksa, termasuk yang dari luar sekolah, jadi ada empat anak terduga pelaku yang masih sekolah, dan dua orang anak yang tidak sekolah,” ucap Risal.

Menurut Risal, korban saat ini menjalani perawatan medis di salah satu rumah sakit di Kota Palopo karena mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya.

Baca juga: Diduga Dikeroyok, Pemuda Bertato di Lampung Ditemukan Terkapar Bersimbah Darah

“Dia dirawat di rumah sakit karena korban menderita luka di bagian kepala dan bagian belakang badannya,” ujar Risal.

Risal menyebutkan, selama Oktober 2022, Polres Palopo menangani perkara anak pelajar sebanyak tujuh kasus. “Ada tujuh kasus yang kami tangani, pemicunya hanya karena ketersinggungan,” tutur Risal.

Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Palopo diduga menjadi pemicu utamanya.

Untuk menghindari kasus yang sama, polisi mengimbau agar para orangtua lebih mengawasi anaknya agar tidak terjerumus dalam kelompok yang dapat memicu tindakan kriminal

“Kami imbau kepada orangtua anak supaya membantu pihak pengamanan agar mengontrol anak karena anak-anak sekarang banyak yang bergaul di luar, mungkin juga karena faktor lingkungan untuk itu kami imbau untuk menjaga anak-anak,” harap Risal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau