Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Sekolah di Makassar Tak Lagi Terima MBG, SPPG Berhenti Beroperasi Meski Tak Ada Kasus Keracunan

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 05:43 WIB
Reza Rifaldi,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com – Ribuan pelajar dari 12 sekolah di Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tidak lagi menerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Program unggulan Presiden Prabowo Subianto itu terhenti setelah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) 2 Panakkukang berhenti beroperasi sejak Senin (22/9/2025).

Dapur itu menghentikan operasionalnya meskipun tak terjadi kasus keracunan sebagaimana marak di wilayah lain.

Selain siswa, pekerja dapur SPPG juga terdampak dengan diberhentikan dari pekerjaannya. 

Baca juga: 82 Anak di Sebatik Diduga Keracunan MBG, Bupati Minta SPPG yang Baru Beroperasi 2 Hari Disetop

Kepala Sekolah SDN Tamamaung I, H Basora, membenarkan penghentian program MBG di sekolahnya.

“Ada 12 sekolah itu yang dilayani dapur (SPPG 2 Panakkukang). Sejak hari Senin kemarin (pekan lalu) dihentikan dulu,” kata Basora, Selasa (30/9/2025) malam.

Di SDN Tamamaung I, ada 383 siswa yang tidak lagi menerima MBG. Menurut Basora, sebagian orang tua siswa kini menyiapkan bekal sendiri untuk anaknya.

Hal serupa terjadi di SDN Tamamaung III. Sebanyak 351 siswa di sekolah itu tak lagi mendapat jatah MBG sejak pekan lalu.

Baca juga: Hasil Lab Keluar, Penyebab Keracunan MBG di Sleman Akibat Bakteri di Makanan dan Ompreng

Kepala Sekolah SDN Tamamaung III, Rifka Fauzia, mengatakan pihaknya menerapkan program Bekal Sehat sebagai alternatif.

“Kalau alternatif itu kita arahkan siswa bawa bekal dari rumah. Karena kebetulan ada program kita mau jalankan itu program bekal sehat, untuk mengurangi jajannya di luar sekolah,” ujar Rifka.

Alasan Tak Dirinci

Ia menambahkan, alasan penghentian distribusi MBG belum dijelaskan secara rinci.

“Secara spesifik itu tidak ada (alasan) kenapa (dihentikan), cuma disampaikan saja, saat ini tidak bisa dulu dilakukan penyaluran untuk sementara waktu,” ucapnya.

Meski begitu, Rifka mengaku sekolahnya dapat memaklumi penghentian sementara MBG. Ia menilai program tersebut belum berjalan efektif.

“Selama ini juga saya rasa program MBG tidak efektif, karena lebih banyak siswa tidak mau makan makanannya, mungkin bosan. Keseharian kita lihat memang kadang banyak tersisa makanannya,” jelas Rifka.

Baca juga: Mahfud MD Kritik Tata Kelola MBG dan Pertanyakan Kepastian Hukumnya

Ia juga mempertanyakan perbedaan menu MBG di sekolahnya dengan sekolah lain.

Beredar kabar pula bahwa SPPG 2 Panakkukang memang membatasi uang belanjanya hanya Rp 6.500 per porsi MBG.

Hal itu membuat menu menjadi tak variatif.

“Kita juga pertanyakan kenapa menu bisa berbeda antara SPPG satu dengan yang lain. Kita dengar sekolah lain ada diberikan daging dan buah-buah, kalau kita di SPPG 2 itu saja terus (menunya) tidak ada variasi. Padahal anggarannya sama,” tutup Rifka.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau