PALOPO, KOMPAS.com – Di tengah hiruk pikuk bentrokan, lemparan batu, dan pedihnya gas air mata, sekelompok orang dengan seragam medis bergerak sigap di antara kerumunan.
Mereka adalah para relawan dari PMI dan PSC 119 yang menjadi penyelamat bagi puluhan mahasiswa saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Palopo, Sulawesi Selatan, Senin (1/9/2025), berakhir ricuh.
Tangan-tangan mereka memberikan oksigen, mengobati luka, dan mengevakuasi mereka yang tumbang dari pusat kerusuhan.
Baca juga: Demo di DPRD Palopo Ricuh, Kaca Gedung Pecah, Polisi dan Jurnalis Terluka
Koordinator PSC 119 Kota Palopo, dr Andi Fadli mengungkapkan, tim medis mengevakuasi beberapa mahasiswa yang mengalami sesak napas maupun luka fisik akibat insiden tersebut.
“Sebanyak tiga orang pasien mengalami sesak napas setelah terpapar gas air mata. Sementara satu pasien lainnya mengalami luka robek pada bagian kaki,” kata Fadli saat dikonfirmasi, Selasa (2/9/2025) sore.
Ia menjelaskan, seluruh korban dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
“Untuk pasien dengan sesak napas sudah dalam kondisi stabil setelah diberikan oksigen. Pasien dengan luka robek juga sudah ditangani dan mendapatkan jahitan,” ucapnya.
Sementara Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Palopo mencatat, puluhan mahasiswa harus dievakuasi dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung di gedung DPRD Kota Palopo, pada Senin (1/9/2025).
Kepala Markas PMI Kota Palopo, Sry Rafika Hastuti mengatakan, sebanyak 39 mahasiswa mengalami sesak napas akibat paparan gas air mata saat aksi berlangsung.
“Ada 39 orang dievakuasi oleh teman-teman PMI karena sesak akibat gas air mata. Para korban ada yang sempat dirujuk ke rumah sakit, tapi hari ini semuanya sudah pulih dan sudah keluar dari rumah sakit,” ujar Sry Rafika, Selasa (2/9/2025).
Baca juga: SPBU Samping DPRD Palopo Tutup, Antisipasi Perusuh yang Tunggangi Aksi Demo
Sejumlah relawan PMI diterjunkan ke lokasi aksi untuk memberikan pertolongan pertama. Sry Rafika menyebut, selain yang dirujuk ke rumah sakit, sebagian besar mahasiswa mendapatkan penanganan di tempat.
Aksi unjuk rasa di DPRD Kota Palopo itu diikuti ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Bentrokan dengan aparat kepolisian tak terhindarkan setelah massa berupaya menemui anggota DPRD di ruangan namun tak satupun yang menemuinya, mahasiswapun kecewa hingga terjadi aksi saling serang dan lempar batu, polisi kemudian menembakkan gas air mata untuk membubarkan mahasiswa.
Sebelumnya diberitakan, akibat bentrokan tersebut, dua orang dilaporkan mengalami luka. Seorang jurnalis terkena serpihan kaca yang pecah, sementara seorang polisi terluka akibat lemparan batu dari massa.
Menanggapi insiden ini, Wakil Wali Kota Palopo, Akhmad Syarifuddin, mengajak para pengunjuk rasa menghentikan aksi anarkistis dan menyalurkan aspirasi dengan cara yang lebih damai.
“Kami mengimbau adik-adik mahasiswa untuk menyampaikan tuntutannya lewat diskusi bersama, bukan dengan merusak fasilitas umum,” harapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang