LUWU, KOMPAS.com – Tangis dan tawa pecah saat 273 jemaah haji asal Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, tiba di rumah jabatan Bupati Luwu, Senin (23/6/2025).
Ratusan warga tumpah ruah menyambut dengan pelukan dan ciuman yang diyakini membawa keberkahan.
Baca juga: Kemenag Sumut: 15 Jemaah Haji Asal Sumatera Utara Meninggal Dunia
Meski petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah berupaya melakukan pengamanan, antusiasme warga yang tinggi membuat mereka tak segan menerobos barikade demi bisa memeluk dan mencium kerabat mereka.
“Memang banyak yang berebut untuk mencium jidat keluarga mereka. Masyarakat percaya itu membawa berkah, bahkan bagi yang belum berhaji bisa ikut termotivasi atau merasa seperti berhaji juga,” kata Bupati Luwu, Patahudding, saat dikonfirmasi, Senin.
Patahudding menambahkan, antusiasme warga mencerminkan kecintaan dan kebanggaan terhadap ibadah haji. Tak sedikit warga yang percaya bahwa momen pelukan dan ciuman pertama dari jemaah yang baru tiba membawa keberkahan.
“Itulah sebabnya mereka rela berdesakan,” ujarnya.
Menurut dia, seluruh jemaah haji asal Luwu dalam kondisi sehat saat kembali ke tanah air. Dari total 273 orang, sebanyak 270 merupakan jemaah, sementara tiga lainnya adalah petugas haji.
“Alhamdulillah, semuanya pulang dengan selamat. Kami berharap ke depan ada penambahan kuota, karena saat ini daftar tunggu haji di Kabupaten Luwu mencapai 25 tahun, salah satu yang terendah di Sulsel,” katanya.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Luwu, Nurul Haq, mengatakan bahwa selama menjalani ibadah di Tanah Suci, para jemaah menghadapi tantangan berat, terutama cuaca ekstrem saat puncak haji di Armuzna.
“Suhu bisa mencapai 51 derajat Celsius. Kami terus mengimbau jemaah untuk tidak keluar hotel di siang hari agar tetap aman,” ujarnya.
Petugas haji Luwu, Masyhudy, menyebut beberapa jemaah lansia sempat jatuh sakit akibat kondisi cuaca.
“Keluhan umum seperti batuk, demam, dan flu memang sempat dialami beberapa lansia. Namun, alhamdulillah semuanya membaik sebelum kepulangan,” jelasnya.
Ia menambahkan, sejumlah jemaah lansia juga sempat mengalami gejala demensia hingga tersesat.
“Namun berkat koordinasi tim dan ketua rombongan, mereka berhasil ditemukan dan dibawa kembali,” ujarnya.
Sebanyak 52 jemaah juga tercatat menggunakan kursi roda untuk menjalani rangkaian ibadah Tawaf dan Sai.
“Mereka tetap dapat melaksanakan ibadah dengan lancar berkat bantuan petugas,” tambah Masyhudy.
Baca juga: Ada Konflik di Timur Tengah dan Ancaman Teror Bom, Jemaah Haji Sukabumi Dipastikan Aman
Kepulangan para jemaah juga diwarnai nuansa budaya. Banyak di antara mereka mengenakan busana khas Bugis-Makassar, seperti baju bodo dan kerudung putih bagi perempuan, serta gamis dan sorban ala Timur Tengah bagi laki-laki.
“Kami ingin menunjukkan identitas sebagai orang yang baru saja menunaikan ibadah haji. Ini sebagai bentuk rasa syukur kami karena bisa kembali dengan selamat,” ujar Sultan Erlangga, salah satu jemaah.
Ia berharap seluruh ibadah yang telah dilakukan dapat diterima oleh Allah SWT, dan menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk ikut menunaikan ibadah ke Tanah Suci.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang