GORONTALO, KOMPAS.com – Sebuah speedboat terdeteksi memasuki zona interaksi hiu paus (Rhincodon typus) di obyek wisata Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, pada Kamis (3/4/2025).
Zona interaksi tersebut telah ditandai dengan pelampung, yang menandakan kawasan aman bagi wisatawan dan hiu paus untuk berinteraksi.
Masuknya kapal bermesin ini berpotensi membahayakan hiu paus, yang statusnya terancam (Endangered) dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Baling-baling kapal dapat mengancam keselamatan hiu paus, terutama saat tiga ekor hiu paus berada di zona interaksi.
“Kapal bermesin tiga buah ini sempat memasuki zona interaksi. Posisi sekarang sudah keluar setelah ditegur oleh pengelola,” ujar Fauzia, salah seorang staf Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PRL dan PSDKP) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo.
Baca juga: Bertemu Ikan Raksasa di Wisata Hiu Paus Botubarani Gorontalo
Hartaty Isima, fungsional pengelola ekosistem laut dan pesisir ahli muda Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Gorontalo, menegaskan bahwa masuknya kapal bermesin ke zona interaksi merupakan pelanggaran.
“Propeler mesin berisiko mengenai hiu paus, bisa melukai hiu paus,” tambah Hartaty.
Salah satu penumpang kapal, ZC Facrusyah alias Erol, mengaku bahwa kapal yang ditumpanginya awalnya berada di luar zona interaksi.
Namun, salah satu pengelola wisata yang berada di perairan tersebut menyatakan bahwa tidak ada masalah jika kapal masuk.
Erol menyebut pengelola wisata itu adalah orang yang membawa perahu kayu di zona interaksi.
Baca juga: Tak Pernah Diusik, Hiu Paus di Botubarani Dianggap Berkah oleh Nelayan
Kapal yang memasuki zona interaksi ini bernama lambung Edu Dive.
Berdasarkan penelusuran di laman https://fktp.ung.ac.id, diketahui bahwa kapal ini milik Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan diresmikan pada 25 Januari 2025.
Kapal ini dilengkapi dengan fasilitas riset dan pengembangan kelautan, serta menyediakan layanan ekowisata laut.
“Berkali-kali saya tanyakan tidak apa-apa masuk? Kata mereka masuk saja, ada jangkar,” ungkap Erol.
Ia juga menyebutkan bahwa terdapat kapal bermesin lain yang juga memasuki zona interaksi namun tidak mendapatkan peringatan dari pengelola.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang