Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Direktur RSOJ Makassar soal Pemukulan Dokter oleh Suami Pasien

Kompas.com, 26 Oktober 2024, 20:33 WIB
Reza Rifaldi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Rumah Sakit Otak dan Jantung (RSOJ) Pertamina Royal Makassar menanggapi dugaan penganiayaan yang dialami salah seorang dokter, yang kini viral di media sosial.

Peristiwa tersebut melibatkan dokter berinisial MI (28) dan terjadi di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Jumat, 18 Oktober 2024.

Direktur RSOJ Makassar, dr Ramadi, menjelaskan bahwa insiden ini bermula ketika seorang pasien datang ke IGD untuk mendapatkan perawatan.

Baca juga: Video Viral Pengantar Pasien Aniaya Dokter di Makassar, Ada Apa?

Suami pasien melaporkan bahwa istrinya jatuh.

"Kemudian dokter dan perawat menghampiri dan bertanya untuk anamnesa pasien, di mana hal ini sudah sesuai dengan prosedur," ungkap Ramadi dalam keterangan resminya yang diterima Kompas.com, Sabtu (26/10/2024).

Ramadi menegaskan bahwa semua pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dan tenaga medis saat itu telah sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku.

"Dokter kami telah memberikan pelayanan terbaik sesuai standar operasional yang berlaku. Fokus utama kami selalu pada keselamatan dan kesehatan pasien, dan kami sangat menyesalkan adanya insiden kekerasan terhadap dokter yang sedang bertugas," tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa pelayanan medis kepada pasien, dalam hal ini istri dari pelaku, telah dilakukan secara optimal dan tanpa diskriminasi.

"Profesionalitas kami sebagai tenaga kesehatan tidak terganggu oleh tindakan kekerasan yang dilakukan oleh keluarga pasien. Kami berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh pasien," ungkap Ramadi.

Terkait insiden ini, Ramadi memastikan bahwa operasional rumah sakit tetap berjalan normal dan tidak terpengaruh.

"Kami ingin memastikan kepada masyarakat bahwa pelayanan di rumah sakit kami tetap berjalan normal dan aman. Kami berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan yang prima," tegasnya.

Meski demikian, Ramadi mengakui bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terkait pelayanan rumah sakit.

"Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kami untuk terus memperbaiki dan meningkatkan sistem di rumah sakit," tutupnya.

Sebelumnya, peristiwa penganiayaan tersebut melibatkan dokter MI yang dianiaya oleh pengantar pasien berinisial Y (37).

Baca juga: Debat Kandidat Pilkada Makassar Sempat Ricuh, Ada Pendukung Bawa Pengeras Suara

Insiden ini terjadi di ruang IGD saat dokter dan perawat berusaha membantu pasien.

Aksi penganiayaan tersebut viral di media sosial setelah rekaman CCTV beredar.

Dalam video tersebut, terlihat Y, yang mengenakan kaus putih, melayangkan pukulan hingga dokter MI terpental ke kursi, meskipun beberapa perawat berusaha menenangkan Y dan petugas keamanan rumah sakit juga terlibat untuk meredakan situasi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau