POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Seorang santri mengalami luka lebam dan memar setelah dipukuli oleh dua orang santri seniornya di salah satu pondok pesantren di Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Akibat pemukulan ini, korban mengalami luka pada bagian mata dan wajahnya.
Pondok pesantren tempat korban belajar telah dilaporkan oleh orangtua korban ke aparat kepolisian setempat, lantaran dinilai lalai dan membiarkan praktik kekerasan di pondok pesantren.
Baca juga: Santri Ponpes di Malang Disetrika Seniornya
Remaja santri inisial MS (15) ini menjadi korban pemukulan oleh dua orang santri senior di Pondok Pesantren Al-Risalah di Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat.
Peristiwa pemukulan ini terjadi saat korban sedang antre untuk mendapat makanan buka puasa.
Diawali saat korban sempat bersenggolan dengan santri lain, lalu terjadi cekcok. Santri senior melihat kejadian itu, lalu menegurnya.
Baca juga: Nasib Malang Bocah 15 Tahun Asal Semarang, Tewas di Tangan Muncikari Demak Usai Tolak Open BO
Baca juga: Pembuang Bayi di Toko Laundry Semarang Ditangkap, Ternyata Seorang Pemandu Karaoke
Santri senior yang ditunjuk menjadi pengawas ini lalu mengajak korban ke belakang asrama pondok, kemudian terjadilah pemukulan tersebut.
Pascakejadian, korban mengalami trauma berat dan menjalani perawatan di rumahnya.
Orangtau korban, Rahmiana, mengatakan, usai mengetahui kejadian tersebut, ia langsung ke pondok dan menjemput anaknya untuk dibawa pulang ke rumah.
Dia mengaku kecewa dan tidak terima lantaran pihak pondok tidak melaporkan peristiwa pemukulan yang menimpa anaknya ini.
Baca juga: Pengakuan Pemilik Salon di Sleman yang Sebabkan Korban Tewas Usai Suntik Filler Payudara
Rahmiana justru mengetahui kabar anaknya jadi korban pemukulan dari tetangga rumahnya yang juga punya anak di pondok tersebut dan bukan dari pihak pondok pesantren yang menyampaikan langsung kepadanya.
“Saya dapat kabar penganiayaan anak saya bukan dari pihak pesantren, malah dari teman korban, ini yang sangat saya sesalkan, seharusnya pihak pesantren memberitahukan kepada orangtua jika ada masalah yang menghadap santrinya, bukan malah terkesan menutupi,” jelas dia, Sabtu.
Mendengar kabar anaknya jadi korban penganiayaan dua seniornya, ia lalu menjenguk di pondok dan membawa anaknya pulang.
Rahmiana pun berencana mengeluarkan anaknya dari pondok pesantren karena khawatir kejadian serupa kembali terjadi.
Karena tak terima anaknya menjadi korban pemukulan, orangtua MS telah melaporkan kasus ke pihak Polres Polman.