MAKASSAR, KOMPAS.com - Ikatan Alumni (IKA) Sudan se-Indonesia mengungkapkan ada sekitar 1.209 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Sudan, dan sekitar 80 persen merupakan mahasiswa yang tersebar di beberapa Kota di Sudan.
Mereka pun meminta pemerintah, agar segera mengevakuasi semua WNI, khususnya mahasiswa yang masih berada atau terjebak konflik di Sudan.
Ketua Ikatan Alumni Sudan Bidang 1 Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Muhammad Fakhrurrazi Anshar mengatakan mahasiswa yang berada di Sudan dalam keadaan baik-baik saja.
Baca juga: Menlu Imbau WNI di Sudan Segera Melapor ke KBRI untuk Evakuasi Tahap II
Serta sudah ada mahasiswa yang telah dievakuasi dari titik konflik di Khartoum, Sudan ke Port Sudan.
"Alhamdulillah hari ini, sudah berangkat sekitar 7 bus, per busnya sekitar orang 60 orang dan sudah tiba di port Sudan," ucap Muhammad Fakhrurrazi Anshar saat jumpa pers di Gedung Graha Pena Lantai 4, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (24/4/2023).
Dia mengatakan, perjalanan antara Khartoum dengan Port Sudan itu sekitar 8 jam sampai 12 jam, itupun tergantung jalanan dan kecepatan busnya.
"Dari Port Sudan rencananya mereka akan naik Kapal Feri ke Jeddah (Arab Saudi) karena antara Port Sudan dengan Jeddah itu mungkin jarak sekitar 12 jam. Mirip seperti kita mungkin dari sini (Indonesia) dari Makassar ke Surabaya," ujarnya.
Dijelaskan, dari sekitar 1.209 WNI di Sudan, ada sekitar 40 orang anak Sulsel. Sedangkan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) sekitar 120 orang.
"Sudah dievakusi sekitar 400 WNI ke Port Sudan. Diprioritaskan ibu hamil dan anak-anak dan sisanya baru laki-laki. Itupun mereka hanya boleh bawa satu tas ransel kecil," tandasnya.
Baca juga: 538 WNI di Sudan Dievakuasi dari Khartoum Menuju Jeddah
Sementara, kendala yang dihadapi mengevakuasi WNI saat ini, kata Alumni S1, S2 dan S3 Internarional University of Africa Khartoum, Sudan adalah biaya sewa bus yang sangat mahal. Sebab sopir bus di Sudan mematok tarif yang sangat mahal dari Khartoum ke Port Sudan ,yakni sekitar 14.000 dollar AS atau sekitar Rp 200 juta.
"Tidak semua bus mau menampung anak-anak (mahasiswa) berangkat dari Khartoum besar risikonya, peluru di mana-mana kemudian bisa meledak kapan saja naudzubillah. Nah jadi sebagian mereka (Sopir Bus) mengangkat harga yang sangat tidak masuk akal. Tadi malam kami dapat info 14.000 US Dollar atau sekitar Rp217 juta," ungkapnya.
Dia juga mengaku KBRI sudah berikan yang terbaik untuk WNI di Sudan termasuk memberikan uang menyewa bus ke Port Sudan namun informasinya uangnya habis
"Yang dimaksud habis, uang cashnya. Perlu diketahui bahwa Sudan itu sejak dulu di embargo jadi tidak pernah bisa tarik uang di ATM," bebernya.
Satu-satunya cara, lanjutnya, adalah transaksi-transaksi yang biasa dilakukan oleh orang-orang kedutaan atau pengusaha-pengusaha dan mengambil uang dari Dubai ke Abu Dhabi, jadi mereka terbang bawa uang dalam koper.
Baca juga: Sudan Masih Mencekam, AS Terjunkan Tim Respons Bencana
"Atau biasa mereka yang bergaji dolar di sana mereka tukarkan ke mahasiswa jadi mahasiswa kirim ke rekening Indonesia," pungkasnya.
Dia berharap evakuasi gelombang kedua yang rencana dilakukan hari ini, semua WNI maupun mahasiswa bisa segera terevakuasi ke Port Sudan kemudian ke Jeddah dengan naik Kapal Feri. "Insya Allah hari ini sudah ada yang bisa berangkat lagi akan dievakuasi oleh KBRI," ucapnya.
Diketahui, konflik di Sudah terjadi akibat pertempuran antara dua faksi militer Sudan dengan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pecah sejak Sabtu (15/4/2023).
Konflik ini dipicu perebutan kekuasaan dua faksi militer utama, yang mengakibatkan gagalnya proses transisi pemerintahan sipil sejak digulingkannya pemimpin diktator Omar al-Bashir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.