Maria Walanda Maramis lahir pada tanggal 1 Desember 1872 di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Orang tuanya meninggal karena wabah kolera saat dia berusia 6 tahun. Maria kemudian diasuh oleh paman dari ibunya yang bernama Mayor Ezau Rotinsulu.
Paman Maria merupakan pejabat pribumi yang sering kedatangan tamu.
Maria menikah dengan Jozep Frederik Calususng Walanda dan pindah ke Manado.
Baca juga: Biografi Maria Walanda Maramis, Pahlawan Nasional Perempuan Kebanggaan Masyarakat Minahasa
Di kota tersebut, Maria aktif menulis opini di surat kabar setempat yang bernama Tjahaja Siang.
Tulisannya menyoroti mengenai peran ibu dan wanita dalam kehidupan.
Maria kemudian mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya atau PIKAT. Melalui PIKAT, Maria juga berjuang melalui politik.
Maria berhasil memperjuangkan supaya Belanda mengizinkan perempuan berpartisipasi dalam pemilihan anggota Badan Perwakilan Daerah di Minahasa.
Maria Walanda Maramis meninggal pada tanggal 22 April 1924, setelah kesehatannya menurun.
Pemerintah menetapkan Maria Walanda Maramis sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 20 Mei 1969.
Arie Frederik Lasut adalah pejuang kemerdekaan Indonesia dan Pahlawan Nasional.
Sumbangan Arie untuk bangsa dan negara adalah memajukan pertambangan dan infrastruktur geologi pada awal Kemerdekaan Indonesia.
Arie Frederik Lasut dilahirkan pada tanggal 6 juli 1918 di Kapatran, Sulawesi Utara.
Arie mendapatkan beasiswa dari Dienst van den Mijinbouw (Jawatan Pertambangan) untuk menjadi asisten geolog.
Pada saat tersebut, Indonesia mulai mendapatkan serangan dari pasukan Jepang, pada tahun 1942.
Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Baca juga: Arie Frederik Lasut: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup
Instansi-instansi pemerintahan dari Jepang kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia.
Arie turut dalam pengambilalihan jawatan geologis dari Jepang yang selesai dengan damai.
Arie juga terlibat aktif dalam organisasi Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) yang bertujuan membela kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 7 Mei 1949, Arie diculik oleh pihak Belanda dari rumahnya. Dia dibawa ke Pakem yang berjarak sekitar 7 kilometer ke arah Utara Yogyakarta.
Di tempat tersebut, Arie ditembak mati oleh pihak Belanda karena dia selalu menolak diajak kerja sama dengan Belanda mengenai pertambangan dan geologi.
Jenazahnya dipindahkan ke makam Sasanalaya di Yogyakarta pada Desember 1947.
Dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 20 Mei 1969.
Penulis: Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Tri Indriawati, Nibras Nada Nailufar, William Ciputra
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.