LUWU, KOMPAS.com – Akibat tanggul sungai Lamasi di Desa Kendekan, Kecamatan Walenrang Timur, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan jebol, puluhan rumah warga terendam.
Camat Walenrang Timur, Nanang Irawan mengatakan, dampak dari jebolnya tanggul tersebut, tak hanya merendam puluhan rumah warga tetapi juga ratusan hektar sawah dan perkebunan ikut terendam.
Baca juga: Patahuddin-Muh Dhevy Bijak Pawindu Nyatakan Berpasangan pada Pilkada Luwu
“Ada sekitar 60 KK yang rumahnya terendam banjir, selain itu ratusan hektar persawahan dan perkebunan ikut terendam. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” kata Nanang Irawan, saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (5/7/2024).
Nanang melanjutkan, ada 3 desa yang terdampak akibat meluapnya sungai Lamasi yakni Desa Seba-seba, Desa Kendekan dan Desa Taba.
Pihaknya meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, segera mengatasi jebolnya tanggul di Desa Kendekan.
"Sungai Lamasi ini selalu jebol, sekarang ada sekitar 8 titik sebagian sementara diperbaiki tapi di bagian seberang sungai lagi yang jebol. Ini yang buat terendam permukiman warga di Desa Kendekan," ucap Nanang Irawan.
"Tanggul sungai Lamasi ini memang perlu penanganan khusus dari Balai Besar Sungai Pompengan. Pemkab Luwu sudah koordinasi, tinggal ditunggu aksi selanjutnya," tambah Nanang Irawan.
Baca juga: Tanggul Sungai Lamasi di Desa Kendekan Luwu Jebol, 3 Desa Terdampak, Petani Terancam Merugi
Sebelumnya diberitakan, hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Sungai Lamasi, membuat sungai tersebut meluap. Meluapnya Sungai Lamasi dipicu tanggul jebol di Desa Kendekan, Kecamatan Walenrang Timur, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, sejak Rabu (3/7/2024) pagi.
Sebanyak tiga desa terdampak akibat luapan Sungai Lamasi. Warga Kendekan, Petrus (42) menuturkan, tanggul yang jebol sudah terjadi sejak 2 pekan lalu dan saat ini tanggul tersebut semakin lebar tergerus air.
“Waktu pertama jebol hanya sekitar 3 meter, sekarang sudah 10 meter, kalau tidak segera dibenahi maka akan melebar bisa sampai puluhan bahkan ratusan meter,” kata Petrus, saat dikonfirmasi, Jumat (5/7/2024) siang.
Sementara petani sawah, Rasmidin (42) mengatakan, ada ratusan hektar lahan persawahan yang baru saja ditanami padi terendam di 3 desa.
“Kami ini baru saja menanam, ada yang 3 minggu, 2 minggu ada juga yang baru saja menghambur benih jadi biasanya kalau banjir seperti ini sukar untuk tumbuh karena mati membusuk,” tutur Rasmidin.
“Kalau sudah begini kami merugi, apalagi sekarang harga benih atau bibit padi mahal. Bantuan benih dari pemerintah ada, tapi tidak cukup karena terbatas, kadang dikasi 20 kilogram untuk setengah hektare, kadang 50 kilogram satu hektare. Kalau bisa mohon kami ini petani diperhatikan dan dibantu,” tambah Rasmidin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.