GORONTALO, KOMPAS.com – Sebanyak 687 kasus malaria tercatat di Provinsi Gorontalo hingga 13 Mei 2025.
Kabupaten Pohuwato dan Boalemo menjadi dua wilayah dengan kasus tertinggi, diduga akibat pembukaan tambang emas ilegal yang marak di kedua daerah tersebut.
Kabupaten Pohuwato menjadi penyumbang kasus tertinggi dengan 264 kasus, disusul oleh Kabupaten Boalemo dengan 243 kasus.
“Fenomena pembukaan dan perluasan tambang emas ilegal di kedua kabupaten tersebut disinyalir menjadi salah satu faktor utama peningkatan kasus malaria, di mana sebagian besar penderita berasal dari kalangan penambang emas,” kata Jeane Istanti Dalie Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Rabu (14/5/2025).
Untuk mengatasi wabah yang belum dapat dikendalikan di dua daerah ini Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan pelatihan kader malaria Migrant Mobile Population (MMP) selama enam hari, 13-18 Mei 2025.
Pelatihan ini dibiayai Dana Global Fund Komponen Malaria tahun anggaran 2025.
Pelatihan ini diselenggarakan sebagai respons terhadap tingginya kasus malaria yang menjadi perhatian serius di Provinsi Gorontalo, terutama di Kabupaten Pohuwato dan Boalemo yang saat ini tengah dilanda wabah penyakit tersebut.
Jeane Istanti Dalie mengatakan malaria tidak hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga berdampak signifikan pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Kondisi ini mendorong Kementerian Kesehatan untuk menyelenggarakan pelatihan ini dengan harapan kader malaria yang terlatih dapat berperan aktif dalam upaya penurunan kasus malaria di wilayah Pohuwato dan Boalemo.
Jeane menegaskan betapa vitalnya peran kader kesehatan dalam penanggulangan malaria. Menurutnya kader merupakan garda terdepan dalam melakukan deteksi dini, memberikan edukasi kepada masyarakat, serta menjadi penghubung penting antara layanan kesehatan dan warga.
Pelatihan ini dianggap krusial untuk membekali para kader dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menangani dan mencegah penyebaran malaria.
“Saya berharap para peserta dapat mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh, aktif berdiskusi, serta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di lapangan nantinya, dengan kerja sama yangSolid antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kita optimis bahwa eliminasi malaria dapat kita capai,” ujar Jeane.
Pelatihan ini diikuti oleh 52 peserta yang terdiri dari 30 orang dari Pohuwato, 20 orang dari Boalemo, serta masing-masing satu orang pendamping dari dinas kesehatan di kedua kabupaten tersebut.
Dari pelatihan ini diharapkan para kader malaria MMP menjadi ujung tombak yang efektif dalam menekan angka kasus malaria di wilayah masing-masing.
https://makassar.kompas.com/read/2025/05/14/171507278/687-kasus-malaria-di-gorontalo-tambang-ilegal-diduga-jadi-pemicu-utama