Salin Artikel

Aksi Mahasiswa di Palopo Memanas, Saling Gebrak Meja dengan Anggota Dewan

Aksi yang awalnya berjalan kondusif saat audiensi dengan DPRD tiba-tiba ricuh setelah salah seorang mahasiswa mengucapkan kata-kata yang dianggap tidak etis, sehingga membuat pihak DPRD tersinggung dan menghampiri mahasiswa sambil memukul meja.

Ketegangan ini berlangsung selama beberapa menit, di mana sejumlah mahasiswa dan anggota DPRD saling memukul meja.

Upaya untuk meredakan situasi dilakukan oleh petugas keamanan dari Polres Palopo dan Satpol PP.

Kericuhan ini akhirnya mereda saat waktu shalat Magrib tiba.

Jenderal aksi, M Dirga Saputra, menyatakan bahwa kejadian tersebut tidak terduga.

Menurutnya, secara kelembagaan, mereka kecewa dengan pimpinan DPRD dan anggota yang tidak menunjukkan sikap baik di hadapan mahasiswa.

"Walaupun juga di situ kader kami sempat mengatakan hal-hal tidak baik, tapi tidak seharusnya ketua DPRD bersama fraksi menunjukkan arogansi di depan umum," kata Dirga.

“Pemicunya adalah sebuah kata yang memang sebenarnya tidak menuju kepada personal, tetapi itu menuju kepada universal namun mereka menganggap itu sebuah kata yang disampaikan secara personal atau private yang mengganggu padahal kata itu tertuju kepada semua orang yang ada dalam ruangan dan itu kata yang ditujukan akibat kinerjanya yang bukan secara pribadinya,” tambah Dirga.

Isi tuntutan mahasiswa di Palopo

Unjuk rasa ini mengusung sejumlah tuntutan, antara lain penghapusan sistem outsourcing, pengesahan RUU PPRT, RUU perampasan aset, dan RUU perlindungan masyarakat adat.

"Memperingati Hari Buruh Sedunia yang kami lakukan sejak Kamis (1/5/2025) hingga hari ini, kami membawa lima poin tuntutan, yakni penghapusan outsourcing, pembentukan satgas PHK, serta mendesak pihak terkait untuk segera mengesahkan RUU PPRT, RUU perampasan aset, dan RUU perlindungan masyarakat adat," ungkap dia.

Pihaknya juga menuntut evaluasi terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan meminta untuk memperkuat supremasi hukum di Kota Palopo.

"Kami melihat bahwa sudah ada kelemahan dari supremasi hukum di Kota Palopo," katanya lagi.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Palopo, Darwis, menyatakan bahwa pihaknya menerima semua tuntutan dari massa aksi dan akan menyampaikannya kepada Pemerintah Pusat.

Terkait pelaksanaan program MBG, Darwis menegaskan bahwa terdapat ketidaksesuaian anggaran yang menyebabkan program tersebut belum terlaksana di Kota Palopo.

"Kami sudah melakukan uji coba, tetapi sampai hari ini program MBG belum terlaksana. Setelah uji coba, ternyata tidak sesuai dengan anggaran yang ada dari pusat," tuturnya.

https://makassar.kompas.com/read/2025/05/02/202756178/aksi-mahasiswa-di-palopo-memanas-saling-gebrak-meja-dengan-anggota-dewan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com