Uang palsu tersebut banyak beredar di wilayah Sulawesi Barat (Sulbar).
Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengungkapkan bahwa para tersangka mencetak uang palsu dengan detail yang nyaris sempurna.
"Memang hampir sempurna, kemarin (dilakukan tes) sinar ultraviolet itu ada tanda air. Bagi masyarakat mungkin menganggap uang asli padahal itu uang palsu," ucap Yudhiawan saat ekspose akhir tahun di Mapolda Sulsel, Senin (30/12/2024).
Yudhiawan menambahkan bahwa uang palsu hasil cetakan sindikat ini sudah sangat sulit untuk dideteksi peredarannya.
"Ini kita sampaikan ke masyarakat karena uang ini dicetak dari tahun 2022 sekarang 2024, uang yang beredar kita tidak bisa geledah (deteksi) lagi," katanya.
Sindikat pencetakan uang palsu di UIN Alauddin Makassar hanya mencetak pecahan uang Rp100 ribu.
Menurut pengakuan pelaku, biaya produksi untuk mencetak uang palsu tersebut mencapai Rp56 ribu per lembar.
Pemilihan pecahan Rp100 ribu didasarkan pada nilai modal yang lebih besar dibandingkan dengan pecahan yang lebih kecil, sehingga dianggap lebih menguntungkan.
Dalam kasus ini, sebanyak 19 orang telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.
Perkembangan terakhir, polisi berhasil mengamankan otak sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar, yaitu ASS, seorang pengusaha kaya asal Kota Makassar.
https://makassar.kompas.com/read/2024/12/31/170528878/uang-palsu-uin-makassar-nyaris-sempurna-peredarannya-sulit-terdeteksi