Salin Artikel

Kronologi Oknum Dosen Tikam Suami hingga Tewas di Makassar, Korban Sempat Peluk Istrinya

KOMPAS.com - Seorang wanita berinisial AN (40) tega menikam suaminya di rumah mereka Kelurahan Bitowa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (29/10/2024).

Korban berinisial NB (41) tewas bersimbah darah usai ditusuk istrinya sendiri dengan pisau dapur.

Kronologi

Kapolsek Manggala, Kompol Semuel To'longan, mengatakan bahwa peristiwa bermula saat pasangan suami istri itu sedang berada dalam kamar rumahnya sekitar pukul 23.00 Wita, dan keduanya terlibat cekcok.

"Awal mula kejadian, karena adanya orang ketiga (perselingkuhan), sang istri (pelaku) curiga suaminya (korban) ini telah selingkuh dengan perempuan lain," ungkap Semuel, dikonfirmasi awak media, Rabu (30/10/2024).

Saat cekcok mereka mereda, rupanya pelaku masih belum puas hingga masuk ke dapur rumahnya untuk mengambil sebilah pisau.

Pisau itu pun disembunyikan di jilbab pelaku agar tidak terlihat oleh korban.

"Merasa dikhianati, sehingga dia (pelaku) mengambil pisau, dan dalam keadaan tidur, suami (korban) langsung dihujamkan pisau sebanyak empat kali ke tubuh suami," ucap Semuel.

Korban sempat melawan dengan memeluk istrinya yang masih memegang pisau.

Namun pelukan itu justru membuat AN gelap mata dan menusuk korban ketiga kalinya.

Akibatnya, Nurdin tersungkur dan nyawanya tidak tertolong lagi saat hendak dibawa ke RS Hermina.

Pelaku sempat minta tolong

Usai melakukan aksinya, AN sempat meminta pertolongan ke mertua dan putranya.

"Korban berusaha untuk berdiri namun tersungkur dan selanjutnya pelaku keluar kamar untuk meminta tolong," kata Kapolsek Manggala Kompol Semuel To'longan, Rabu (30/10/2024) siang.

"Mertua dari pelaku saat itu berada di ruang tamu sambil berbaring di sofa dan pelaku keluar mencari lelaki T (anaknya) yang berada di samping rumah," sambungnya.

Setelah itu, pelaku meminta anaknya, T melihat kondisi ayahnya yang sudah tersungkur dalam kamar.

"Coba kau lihat bapakmu di dalam (kamar)," ucap Semuel menirukan perkataan Agustin ke anaknya T.

T yang masuk ke dalam kamar, pun mendapati ayahnya sudah tersungkur dengan luka tusukan pisau sang ibu.

Setelah itu, pelaku berhasil diamankan di Polsek Manggala.

Dugaan sementara karena suami istri ini jarang bertemu lantaran pekerjaan.

Sang suami diketahui bekerja sebagai kontraktor di wilayah Papua.

"Pelaku dan korban suami istri, berprofesi berbeda, ada di Papua dan Sulawesi Utara. Pelaku berprofesi dosen di salah satu kampus di Sulawesi Utara (Sulut)," jelas Semuel.

Saat ini, polisi masih belum bisa mengambil keterangan dari pelaku lantaran masih mengalami trauma usai menghabisi nyawa sang suami sendiri.

"Pelaku masih syok, belum bisa dimintai keterangan," tutup Semuel.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul 'Coba Kau Lihat Bapakmu' Pinta Oknum Dosen ke Anak Usai Tikam Suami hingga Tewas di Makassar

https://makassar.kompas.com/read/2024/10/30/171439178/kronologi-oknum-dosen-tikam-suami-hingga-tewas-di-makassar-korban-sempat

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com