Salin Artikel

Motif Wanita yang Bacok Ibu Kandung karena Tak Terima Ditegur, Polisi Cek Kejiwaan Pelaku

Namun, pelaku tidak terima ditegur dan merasa tersinggung, sehingga melakukan penganiayaan menggunakan parang.

"Penyebab pembacokan karena pelaku tidak terima ditegur oleh ibunya untuk membersihkan rumah sehingga merasa tersinggung akhirnya melakukan penyaniayaan dengan menggunakan parang," kata Kapolsek Bontoala, Kompol Muhammad Idris, kepada awak media, Selasa (24/9/2024) malam.

Kasus pembacokan yang menggemparkan itu terjadi di Kecamatan Bontoala, Makassar, pada Selasa sore.

Berdasarkan keterangan dari warga sekitar, RT/RW, dan tokoh masyarakat setempat, pelaku AT sudah lama diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Hal ini diperkuat dengan perilaku pelaku yang sering kali mengamuk jika ditegur oleh orangtuanya.

"Memang mengalami gangguan jiwa dan menurut info pelaku sering mengamuk jika ditegur oleh orangtuanya," ujar Idris.

Korban Dg Sia mengalami luka cukup serius di beberapa bagian tubuhnya akibat serangan senjata tajam.

Meskipun luka-lukanya banyak, korban masih dalam kondisi sadar ketika dibawa ke RS Angkatan Laut Jala Ammari untuk mendapatkan perawatan medis.

"Kondisi korban saat dibawa ke RS dalam keadaan hidup, sadar dan sementara kami tinggalkan untuk mendapatkan penanganan medis di RS Angkatan Laut (Jala Ammari)," tambah Idris.

Selain menangkap pelaku, pihak kepolisian juga mengamankan parang yang digunakan dalam pembacokan tersebut.

Namun, tindak lanjut mengenai pelaku yang diduga mengalami gangguan jiwa akan diserahkan sepenuhnya kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar.

"Barang bukti sudah kami amankan. berupa parang," kata Idris.

Idris menuturkan, pihak Polrestabes Makassar akan berkoordinasi dengan rumah sakit jiwa terkait kondisi mental pelaku.

"Karena penangannya kami sudah serahkan ke Polrestabes, jadi nanti mereka yang akan melakukan koordinasi dengan pihak RS Jiwa," pungkasnya.


Pelaku masih bungkam

Secara terpisah, Kanit PPA Polrestabes Makassar, Iptu Hartawan, menuturkan bahwa hingga kini belum bisa dipastikan apakah pelaku benar-benar mengalami gangguan jiwa.

"Belum bisa dipastikan (mengalami gangguan jiwa). Mungkin besok baru bisa kita tindak lanjuti (koordinasi dengan pihak RS Jiwa)," ucap Hartawan kepada Kompas.com.

Saat ini, pelaku sudah diamankan di Polrestabes Makassar dan ditempatkan di piket Reskrim.

"Sementara (pelaku) diamankan di piket Reskrim dan untuk sementara pelaku belum mau bicara dan masih tetap diam," ujar Hartawan.

Sebelumnya, kejadian tragis ini terjadi di halaman rumah korban pada Selasa sore sekitar pukul 17.00 Wita.

Warga sekitar yang menyaksikan peristiwa tersebut segera membawa korban ke rumah sakit.

Wati, tetangga korban, mengungkapkan bahwa Sia mengalami luka-luka parah akibat serangan brutal anaknya sendiri.

https://makassar.kompas.com/read/2024/09/24/205302978/motif-wanita-yang-bacok-ibu-kandung-karena-tak-terima-ditegur-polisi-cek

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com