Salin Artikel

Glamornya Jemaah Haji Makassar Saat Tiba di Tanah Air, Pakai "Mispa" dan Perhiasan Emas

Para jemaah tiba sekitar Pukul 18.10 Wita menggunakan 13 mobil bus dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Saat tiba mereka langsung masuk ke Aula Arafah Asrama Haji Sudiang Makassar.

Pantauan di lokasi, mayoritas jemaah haji perempuan tiba dengan menggunakan pakaian yang nyentrik dan glamor. Mereka menggunakan turban dengan warna terang lengkap dengan jubahnya.

Selain itu, para jemaah perempuan juga mengenakan pakaian haji khas Bugis - Makassar atau mispa haji lengkap dengan riasan di wajah dan kacamata hitam.

Sedangkan untuk jemaah pria, tampil cukup sederhana, terlihat ada yang hanya menggunakan baju seragam batik ungu seperti saat pertama berangkat.

Namun ada juga beberapa jemaah pria yang menggunakan jubah serta surban di kepala, mirip pakaian khas timur tengah.

"Sudah disiapkan sebelum berangkat, pakai dan rias (wajah) saat di pesawat," kata Nurhayati kepada Kompas.com saat ditemui di Aula Arafah Asrama Haji Sudiang Makassar, Minggu.

Dia mengaku, sangat bahagia bisa menunaikan rukun Islam kelima. Apalagi dia harus menunggu 12 tahun untuk berangkat haji.

"Perasaanya sangat bahagia, semoga amal ibadah kami semua diterima oleh Allah SWT," ujarnya

Selain Nurhayati, ada juga Darni (43) dan Nur Aini (38) yangg juga memakai mispa atau berwarna pink. Tak ketinggalan, perhiasan emas juga terpasang di leher keduanya. 

Darni dan Nur Aini mengaku membeli kalung emasnya itu di Arab Saudi. Darni mengaku membeli 20 gram emas. 

"Emasnya beli di Arab, asal ada kenang-kenangan dari Tanah Suci. Beli 20 gram asal ada," katanya. 

"Pakaiannya dibawa dari Makassar dirancang khusus, sudah diniatkan dipakai saat pulang ibadah haji. Pakaian begini sudah tradisi apalagi di pulau," ungkapnya.

Sementara Nur Aini membeli 25 gram emas di Arah Saudi dengan harga Rp 1.200.000 per gramnya.

"Saya total 25 gram," timpal Nur Aini. 

Nur Aini mengaku bersyukur bisa menjalankan ibadah haji tahun ini. 

"Alhamdulillah saya tidak bisa berkata-kata saya bersyukur atas nikmat Allah," ujarnya.

Sudah diimbau pakai batik

Kabid Penyelenggaran Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Sulsel, Ikbal Ismail mengatakan, pihaknya sejak awal telah mengimbau kepada para jemaah agar menggunakan batik sama seperti saat berangkat berangkat ke Tanah Suci.

Namun, kata Ikbal, sebagian jemaah belum menggunakannya dan masih ada yang menggunakan pakaian mispa atau pakai haji khas Bugis - Makassar.

"Kita tidak bisa melarang karena budaya yah mereka mungkin ingin memperlihatkan kepada keluarganya bahwa mereka sudah melaksanakan haji dengan pakaian budaya jemaah haji Sulawesi Selatan," ucapnya.

Sehingga, lanjut Ikbal, masih banyak jemaah yang menggunakan pakaian tersebut saat tiba di Tanah Air.

"Jadi dimaklumi sajalah karena kita juga tidak bisa memaksakan tapi kami hanya mengimbau (pakai batik) supaya kelihatan seragam," tandasnya.n

https://makassar.kompas.com/read/2024/06/24/065229878/glamornya-jemaah-haji-makassar-saat-tiba-di-tanah-air-pakai-mispa-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com