Para siswa menumpang ujian di SDN 248 Kampung Baru, Kecamatan Bajo.
Kepala sekolah SDN 362 Parigusi, Nurdin mengatakan, sebanyak 39 siswa harus menumpang belajar dan ujian di sekolah lain karena terdampak longsor pada Jumat (3/5/2024) lalu. Mereka memang mengungsi ke Kecamatan Bajo.
“Kami para guru dan siswa mengungsi dan menumpang belajar di sini karena rata-rata rumah di atas di Latimojong terancam kena longsor. Selain itu akses jalan ke sekolah juga putus, makanya kami turun ke sini untuk menumpang belajar dan ujian,” kata Nurdin saat dikonfirmasi, Kamis (13/6/2024) pagi.
Nurdin mengatakan, ada beberapa siswanya yang rumahnya rusak dihantam longsor. Termasuk rumah salah seorang guru SD 362 Parigusi.
“Ada 4 orang siswa saya yang rumahnya tertimbun longsor. Ada juga satu orang guru yang rumahnya tertimbun longsor,” ucap Nurdin.
Siswa SDN 362 Parigusi yang menumpang belajar dan ujian di SDN 248 Kampung Baru dari kelas 1 sampai 5 sebanyak 30 orang.
“Awalnya ada 39 siswa sekarang. Karena kelas 6 sudah selesai ujian nasional dan 9 orang di kelas itu maka tersisa 30 orang siswa saja. Mereka sudah lebih 1 bulan dengan kondisi terbatas dan menumpang belajar,” ujar Nurdin.
Menurutnya, meski siswanya sudah beradaptasi menumpang belajar di SDN 248 Kampung Baru tapi tetap lebih nyaman di sekolah sendiri.
Kondisi yang serba terbatas tak menyurutkan para siswa belajar dan ujian. Meski ke sekolah tanpa seragam dan alas kaki yang memadai tapi perlengkapan belajar masih terpenuhi.
“Kalau buku dan alat tulis ada bantuan dari Dinas. Kalau pakaian seragam sekolah belum ada sampai sekarang. Makanya, mereka hanya mengenakan pakaian biasa ke sekolah. Ada beberapa mereka yang punya pakaian seragam tapi ikut tertimbun longsor saat kejadian itu,” jelas Nurdin.
“Sempat kami lapor ke Dinas Pendidikan Luwu bahwa apakah mereka untuk sementara waktu bisa ke sekolah tanpa pakaian seragam dan Pihak Dinas Pendidikan mengiyakan,” tambah Nurdin.
Selain terbatas pada pemenuhan kebutuhan sekolahnya, para siswa ini juga masih merasakan trauma atas kejadian longsor tersebut.
“Mereka masih trauma dengan keadaan di kampungnya, sebenarnya butuh penanganan psikologi atau trauma healing,” imbuh Nurdin.
Para guru yang juga terdampak bencana tanah longsor di Latimojong juga tetap semangat untuk mengabdi. Meski rumahnya rusak tertimbun longsor, tapi tetap mengajar seperti biasa.
Hal ini seperti yang dialami salah seorang guru bernama Hayani (54).
“Kami tetap bersama anak-anak untuk memberi pelajaran meski kami masih menumpang demi pendidikan mereka tidak terhambat,” kata Hayani.
“Kami merindukan kampung, hanya saja jalan kesana belum memadai dan sampai saat ini setelah badai dan longsor menerjang saya belum pernah melihat rumah saya yang tersapu longsor,” terang Hayani.
https://makassar.kompas.com/read/2024/06/13/133511578/terdampak-longsor-puluhan-siswa-sd-di-luwu-ini-harus-menumpang-ujian-di