Salin Artikel

Kesaksian Penumpang Saat KM Umsini Terbakar di Pelabuhan Makassar

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kapal Motor (KM) Umsini milik PT Pelni terbakar saat bersandar di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Minggu (9/6/2024) pagi.

Muhammad Lukman (63), salah satu penumpang dari Pulau Flores tujuan Batam mengatakan, sempat mendengar ledakan sesaat sebelum kapal terbakar. Saat itu posisinya berada di mushala tepatnya di deck enam.

"Sementara saya wudhu dengar ada ledakan, saya bilang apa ini. Setelah itu Pak Imam masuk untuk shalat subuh, sudah iqomah langsung mati lampu, shalat sudah tidak kusyuk lagi," kata Lukman kepada Kompas.com saat ditemui di terminal penumpang Pelabuhan Makassar.

Meski panik, Lukman mengaku tetap melanjutkan shalat subuh. Setelah selesai shalat, ia baru mencari jalan keluar untuk turun dari kapal.

"Pas kami shalat subuh di atas jadi kami semua panik tapi Pak Imam bilang biar bagaimana kita harus shalat dulu. Sementara shalat lampu langsung mati, jadi kami menangis sambil shalat," tuturnya.

"Setelah shalat subuh kami keluar karena panik, di dalam penumpang berdesakan sudah baku tolak (berlawanan arah)," sambungnya.

Dia tak mengetahui pasti apa yang menyebabkan KM Umsini terbakar. Namun ia sempat mendapatkan informasi dari penumpang lainnya bahwa penyebab kebakaran dari mesin AC KM Umsini.

"Ada informasi kebakaran, ada yang bilang katanya di AC korslet," bebernya.

Lukman pun mengaku tak sempat menyelamatkan barang-barang bawaannya turun dari kapal karena sudah panik. Padahal ia membawa bahan-bahan makanan dan beberapa botol madu untuk dibawa ke Batam.

"Saya berangkat sama mama tua (ibu) , itu pun tadi saya turun setegah mati saya cari dia berada di belakang jauh, panik setengah mati. Saya punya tas tidak tahu di mana lagi, tidak bawa apa-apa. Hanya pakaian yang saya pakai saja," ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan, ada sekitar 2.000 penumpang di atas kapal saat insiden kebakaran terjadi. Tak hanya itu, ia mengaku semua penumpang belum makan setelah kejadian tersebut.

"Harapannya instasi di Makassar harus punya kebijakan berikan solusi sehingga kami di sini tidak telantar. Pas kejadian sampai sekarang belum makan, kalau penumpang ada sekitar 2.000," pungkas dia.

Pantauan Kompas.com di lokasi pukul 09.25 Wita, petugas Damkar Makassar dibantu 2 unit kapal pemadam milik Pelindo masih berusaha memadamkan kobaran api.

KM Umsini milik PT Pelni terbakar di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Minggu (9/6/2024) pagi.

Dalam video berdurasi 22 detik yang beredar di media sosial, KM Umsi telah sandar di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

Tampak asap hitam membumbung tinggi, semetara orang-orang di sekitar pelabuhan terlihat panik.

Kepala Cabang Pelni Makassar Muhammad Jabir yang dikonfirmasi membenarkan insiden KM Umsi terbakar di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

Jabir mengatakan belum mengetahui pasti apa penyebab KM Umsini terbakar. Saat ini mobil pemadam kebakaran telah berada di lokasi untuk memadamkan api.

"Ini sudah ditangani pemadam ada kurang lebih 10 (mobil) pemadam, belum tahu penyebabnya di mesin apakah korslet atau apa. Lagi diselidiki," kata Jabir kepada Kompas.com via telepon, Minggu.

https://makassar.kompas.com/read/2024/06/09/090021178/kesaksian-penumpang-saat-km-umsini-terbakar-di-pelabuhan-makassar

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com