Salin Artikel

Buaya Berkeliaran, Korban Banjir Palopo Pilih Bertahan di Rumah: Muncul sampai 3 Ekor

KOMPAS.com - Korban banjir di Kampung Marobo, Kelurahan Salubattang, Kecamatan Telluwanua, Palopo, Sulawesi Selatan, memilih bertahan di rumah karena buaya berkeliaran.

"Kalau air meluap seperti sekarang, buaya kerap muncul sampai 3 ekor, biasa di dekat kandang ayam atau di tempat yang agak dalam," ujar salah satu warga, Sitti Alma (55), Rabu (5/6/2024).

Kondisi ini menjadikan Siti waswas. Karenanya, ketika hendak keluar rumah, Siti terlebih dulu memastikan kondisi aman. Selain itu, saat meninggalkan rumah, harus ada yang menemani.

Banjir di Marobo bermula sejak hujan deras melanda pada Selasa (4/6/2024). Hujan mengakibatkan Sungai Salubattang meluap. Airnya lantas menggenangi permukiman.

Tinggi air bervariasi, yakni dari 40 sentimeter hingga 60 sentimeter.

Menurut Siti, daerahnya kerap kebanjiran ketika musim hujan.

"Kalau sudah banjir, kami harus menyingkirkan barang-barang ke tempat tinggi terutama bahan makanan, seperti sekarang bahan makanan kami terendam, beruntung hari ini ada yang bawa bantuan berupa beras," ucapnya.

"Air memang sudah surut tapi kami masih khawatir karena kalau malam buaya kadang kala masih muncul di tempat berair, seperti got dan di area dekat sungai," ungkap warga lainnya, Kahar, Kamis.

Lurah Salubattang Saiman mengatakan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Pemadam Kebakaran (Damkar) Palopo telah mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di sekitar wilayah yang sering dilalui buaya.

"Ada beberapa buaya yang sering muncul saat banjir merendam rumah warga. Jadi kami imbau masyarakat untuk berhati-hati dan mengurangi aktivitas di sekitar wilayah buaya beraktivitas," tuturnya, Kamis, dikutip dari Tribun Timur.

Saiman mengaku sudah meminta pihak terkait untuk memasang penerangan di Marobo supaya warga bisa melihat pergerakan buaya saat malam hari.

Terkait banjir yang terjadi di kampungnya, Saiman menuturkan bahwa ada 45 rumah warga yang terdampak.

Selain itu, banjir juga merendam 30 hektar lahan pertanian. Namun, Saiman memastikan, banjir tidak membuat gagal panen. Pasalnya, beberapa hari sebelumnya, warga telah memanen padi.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Amran Amir | Editor: Dita Angga Rusiana, Sari Hardiyanto), Tribun-Timur.com

https://makassar.kompas.com/read/2024/06/07/092202478/buaya-berkeliaran-korban-banjir-palopo-pilih-bertahan-di-rumah-muncul

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com