Salin Artikel

Perjuangan Daeng Nyala Berhaji: Jual Tanah Kaveling, 13 Tahun Menunggu, dan Kini Jalan Saja Sulit

Jemaah haji lanjut usia (lansia) umur 73 tahun ini tiba bersama 273 jemaah Kabupaten Takalar lainnya di Aula Arafah Asrama Haji Sudiang Makassar, Sabtu (25/5/2024) siang.

Dia meceritakan, harus menunggu selama 13 tahun lamanya agar bisa berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima ini.

"13 tahun menunggu, saya berangkat sama anak," kata Abd Muis yang menggunakan kursi roda saat ditemui Kompas.com di area jemaah haji khusus lansia Aula Arafah Asrama Haji Sudiang Makassar, Sabtu.

Jemaah lansia yang merupakan pensiunan polisi dari Polres Takalar ini mengaku, awalnya mendaftar haji bersama sang istri pada 2011 silam. 

Namun impiannya berangkat ke Baitullah bersama sang istri tercinta harus pupus. Sebab, istrinya meninggal dunia pada September 2023 lalu.

"Waktu daftar (haji) sama istri 2011, tapi bulan 9 tahun 2023 kemarin meninggal. Jadi anak saya yang gantikan," katanya lagi.

Jual tanah untuk daftar haji

Lansia yang akrap disapa Daeng Nyala ini pun mengenang kembali saat dirinya bersama almarhumah istrinya mendaftar haji pada 2011.

Abd Muis mengaku harus menjual 2 tanah kavelingnya untuk mendaftar haji.

"Waktu bayar uang pendaftarannya dulu saya jual tanah perumahan 2 kaveling harganya, Rp 50 juta. Waktu (daftar haji) sama istri, nanti setelah selesai daftar nabunglah sedikit-sedikit, akhirnya terkumpul," ungkapnya.

"Nabungnya itu sekitar 13 tahun juga," imbuh dia.

Perkiraannya, uang hasil penjualan tanah kavelingnya tersebut cukup untuk haji berdua dengan istri. Ternyata, perkiraannya meleset dan untuk pelunasannya lebih dari Rp 60 juta.

Lebih lanjut, pensiunan polisi yang memiliki pangkat terakhir sebagi kopral kepala ini mengeluhkan lamanya proses daftar tunggu ibadah haji.

"Repot sekali saya rasa, tenaga sudah sangat berkurang, kekuatan sudah menurun sama sekali, baru dapat kesempatan berangkat haji," tuturnya.

Kini, lanjut Daeng Nyala, tenaganya sudah tak sekuat dulu, ketika dirinya mendaftar haji pada 2011 lalu.

Bahkan untuk berjalan atau berdiri lama pun sudah tak mampu lagi.

"Beda waktu saya masih daftar tahun 2011, saya masih kuat, kalau sekarang kesehatan sudah menurun, jalan saja sulit, lutut sakit, pergelangan tangan, kaki, terasa sakit semua," bebernya.

Meski usinya kini sudah renta, ia mengaku sangat bersyukur masih mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. 

Sesampainya di Tanah Suci, Daeng Nyala mengaku akan mendoakan khusus dua orang yang begitu dicintainya yakni almarhumah istri dan anak pertamanya yang lebih dulu menghadap sang khalik.

"Saya doakan keselamatan mereka, untuk istri dan anak," ujar Abd Muis yang tampak menahan tangis mengenang almarhumah istri dan anaknya.

Diketahui, rombongan kloter 19 embarkasi Makassar berjumlah 450 jemaah dengan rincian Kabupaten Takalar 274 jemaah, Kabupaten Pangkep 167 jemaah serta 9 petugas haji.

https://makassar.kompas.com/read/2024/05/25/173114578/perjuangan-daeng-nyala-berhaji-jual-tanah-kaveling-13-tahun-menunggu-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com