Salin Artikel

Calon Jemaah Haji Embarkasi Makassar Diimbau Tak Beli Emas Berlebihan di Tanah Suci

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai VI KPPBC TMP B Makassar, Suprianto mengatakan, pada musim haji 2023 lalu, seorang jemaah Embarkasi Makassar sempat viral setelah membawa perhiasan emas hampir 1 kilogram.

"Kalau bisa tidak usah beli banyak karena konsekuensinya adalah pasti terkena pungutan biaya masuk dan pajak lumayan tinggi sehingga jangan kaget (terkena pajak)," kata Suprianto saat memberikan arahan kepada calon jemaah haji kloter 4 di Aula Mina, Asrama Haji Sudiang Makassar, Senin (13/5/2024).

Para jemaah juga dihimbau untuk melaporkan ke petugas bea cukai apabila membawa perhiasan emas dari Indonesia. Dikhawatirkan, jika jemaah tak melapor, petugas mengira emas tersebut dibeli dari Arab Saudi yang kemudian dipakai ketika selesai menunaikan ibadah haji.

"Kalau tidak lapor dan ketahuan bawa emas terlalu banyak dan tidak bisa buktikan barang dari dalam negeri sehingga dianggap itu dibeli dari luar negeri sehingga dikenakan biaya masuk. Kalau dia lapor yah tidak masalah," ujarnya.

Namun ia tidak melarang pembelian perhiasan emas dari Tanah Suci, asalkan jemaah bisa membayar biaya pajak masuknya ke Indonesia.

"Kami harapkan jemaah fokus untuk ibadah tidak perlu bawa oleh-oleh apalagi emas karena setahu saya emas di Arab dan di Indonesia sama saja," ungkapnya.

Termasuk, kata Suprianto, jemaah haji tidak terlalu banyak oleh-oleh dari Tanah Suci, Sebab bisa jadi kategorinya jadi barang dagangan atau jumlahnya lebih dari kebutuhan pribadi.

"Kalau lebih dari itu nanti ada perhitungan biaya masuk dan pajak yaitu biaya masuknya 10 persen, PPNnya 11 persen PPH 10 persen ,lumayan cukup tinggi," sambungnya.

Suprianto juga mengaku pihaknya siaga di Asrama Haji Makassar untuk memeriksa setiap barang bawaan jemaah.

"Kami lakukan pemeriksaan cargo bagasi kalau tidak ada barang terlarang," tandasnya.

Dia pun berharap para jemaah dapat mematuhi aturan atau imbaun tersebut.

"Jadi kami harapkan, fokus ibadah saja. Insya Allah jadi haji mabrur, jangan terlalu banyak pikirkan belanja, oleh-oleh beli saja di Indonesia, karena sajadah kebanyak juga import dari China, Turki, Mesir sama yang dijual di Pasar Butung, sama saja," pungkas dia.

Diketahui, penampilan glamor jemaah haji usai pulang dari Tanah Suci sudah menjadi budaya atau tradisi di sejumlah daerah di Sulsel. Bahkan dengan berpenampilan glamor, bisa menjadi kebanggaan bagi sebagian orang yang telah menyandang gelar Haji dan dianggap stratafikasi sosial di masyarakat.

https://makassar.kompas.com/read/2024/05/13/200349578/calon-jemaah-haji-embarkasi-makassar-diimbau-tak-beli-emas-berlebihan-di

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com