Salin Artikel

Ramainya TPI Paotere Jelang Ramadhan, Banyak Warga Berburu Ikan untuk Santap Sahur

Betapa tidak, warga Kota Makassar dan sekitarnya tampak memadati TPI Paotere yang terletak di Jalan Sabutung, Kelurahan Camba Berua, Kecamatan Ujung Tanah.

Bahkan, kemacetan terjadi sekitar 200 meter dari pintu masuk TPI Paotere. Kendaraan roda empat dan dua terlihat menunggu giliran masuk di area pelelangan.

"Maju-maju," teriak warga yang mengatur arus lalu lintas.

"Sini maki parkir (di sini saja parkir), full di dalam," ucap seorang juru parkir sambil sesekali membunyikan sempritanya.

Pantauan di lokasi, Pukul 07.30 Wita, TPI Paotere terlihat penuh sesak dikunjungi warga yang ingin membeli ikan ataupun hasil laut lainnya seperti udang, cumi-cumi dan kepiting.

Banyak warga yang datang, khususnya emak-emak,tak lain hanya untuk menyajikan santap sahur di awal bulan Ramadhan 1445 H.

Apalagi pemerintah melalui Kementrian Agama (Kemenag) telah melakukan Sidang Isbat dan menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada, Selasa (12/3/2024) besok.

Di Lelong, sebutan warga Makassar untuk TPI Paoter, dijajakan ikan laut maupun ikan air tawar, dari ikan kecil hingga yang besar. Di antaranya ikan cepak, cakalang, kakap, bandeng (bolu), tuna, kerapu, udang, cumi-cumi, dan kerang.

Ikan-ikan tersebut, ada yang dijajakan di atas meja. Namun, ada yang hanya ditaruh di lantai dan ember-ember kecil.

Ito (35) salah satu pedagang di TPI Paotere yang menjual ikan bolu atau bandeng mengatakan, saat ini harga ikan agak mahal karena memasuki bulan Ramadhan.

Dia mengaku, banyak warga datang ke TPI Paotere karena harganya lebih murah dibanding dengan TPI lain yang ada di Makassar dan sekitarnya.

"Mulai mahal ini, tapi saat ini saya jual murah karena (ukuran) ikannya sudah kecil-kecil (penghabisan)," ucapnya kepada Kompas.com di lokasi.

Lokasi jualan Ito berada bagian depan, tak jauh dari parkiran motor. Dia hanya menjajakan ikan bandengnya dengan boks warna oranye dan streofom warna putih.

Khusus ikan bandeng di boks oranye harganya sedikit mahal yakni Rp 65.000 dengan isi 9 ekor, ukurannya juga sedikit lebih besar. Sementara di streofom hanya dibanderol Rp 55.000 tentu dengan ukuran yang lebih kecil.

Dengan kantong plastik hitam yang diikat di pinggang sebagai tempat uang, pria berkulit sawo matang itu tampak sesekali berteriak untuk menjajakan jualannya. 

"Juku bolu sambalu," teriaknya..

Artinya Juku adalah ikan, bolu adalah ikan bandeng, dan sambalu adalah langganan setia.

"Annang stannga antu katte daeng, berui antu, tena a'rasa antu, mae mamiki sambei rinni punna rasai (Harganya Rp 65.000 masih baru Pak, tidak berbau, silakan datang tukar kembali kalau memang ada busuknya)," tuturnya.

Ternyata, seorang pria tua yang mengenakan topi biru dan baju loreng dengan tas merah di lengan kanannya tampak tertarik dengan tawaran tersebut. Pria itu pun membeli ikan bandeng Ito.

Meski terlihat penuh sesak, namun Ito mengaku, pengujung yang datang masih lebih banyak pada Minggu (10/3/2024) lalu.

"Besok, sudah tidak ramai karena sudah puasa, tidak ada juga barang (ikan) jadi istirahat dulu menjual," ujar dia.

"Hari kamis, jumat (7-8/3/2024) kemarin murah ikan, baku hancur-hancur harga (penjual saling banting harga). Ikan bolu yang saya jual ini waktu Kamis - Jumat cuma Rp 40.000," sambungnya.

Untuk hari ini, ia menuturkan, TPI Paotere hanya buka sampai Pukul 17.00 Wita. Kemudian tiga hari ke depan sudah mulai sepi karena stok ikan sudah berkurang.

"Tiga hari setelah istirahat sudah ada ikan, tapi tidak terlalu banyak karena sudah masuk terang bulan," bebernya.

Dia pun memberikan tips untuk warga yang ingin membeli ikan yang murah, khususnya jelang Ramadhan. Menurutnya, lebih baik datang ke TPI lima hari sebelum Ramadhan tiba.

"Jadi kalau mau dapat ikan murah datang 5 hari jelang Ramadan atau Lebaran (Hari Raya), kalau lewat dari itu pasti harganya sudah mahal," tandasnya.

Sementara seorang pembeli, Indo Laba menuturkan, membeli ikan di TPI Paotere untuk persiapan santap sahur Ramadnan. Apalagi semua jenis ia bisa dapatkan di sini.

"Tadi beli ikan cakalang dan udang, cuman udang agak mahal biasnya beli Rp 65.000 per kg sekarang Rp 85.000," pungkasnya.

https://makassar.kompas.com/read/2024/03/11/130948278/ramainya-tpi-paotere-jelang-ramadhan-banyak-warga-berburu-ikan-untuk-santap

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com