Salin Artikel

Jokowi "Pinjam Seratus" kepada 100 CEO di IKN

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpantun di hadapan para CEO dalam acara Kompas 100 CEO Forum di kawasan IKN Nusantara pada Kamis (2/11/2023).

Acara bertajuk "Melaju Menuju Indonesia Emas” itu diharapkan bisa menjadi tempat berdialog antara pemerintah, para CEO, akademisi, dan publik soal isu dan solusi masalah perekonomian saat ini.

Jokowi mengatakan, sebelumnya dia belum pernah berpantun selama beberapa kali mengunjungi IKN.

"Kalau kita datang ke Kalimantan, biasanya sebelum sambutan ada pantun, dan saya tidak tahu, sudah bolak-balik ke IKN selalu diberi pantun, dan saya belum pernah berpantun," kata Jokowi, Kamis (2/11/2023).

"Oleh sebab itu, dalam kesempatan yang baik ini saya mau berpantun, boleh ya?" tanyanya.

Usai disambut tepuk tangan hadirin, Jokowi pun langsung melontarkan pantunnya.

"Ikan lohan, ikan gabus, direndam dulu baru direbus," ujar Jokowi.

"Supaya pembangunan maju terus, pinjam dulu seratus," sambung Jokowi yang diikuti tawa para hadirin.

Kata "pinjam dulu seratus" saat ini memang sedang menjadi tren di media sosial.

Jokowi menjelaskan, maksud seratus dalam pantunnya itu bukanlah uang, melainkan 100 CEO yang diundang dalam acara tersebut.

"Yang saya maksud itu 100 CEO Kompas yang hari ini hadir, bukan uang. Dikit-dikit uang, dikit-dikit duit, dan memang duit itu perlu untuk membangun negeri ini," ucap Jokowi.

Didukung DPR

Jokowi menyampaikan, pembangunan IKN telah mendapat dukungan Undang-Undang (UU) yang disetujui 93 persen fraksi di DPR.

Karena itu, menurut dia, tak perlu lagi ada keraguan terhadap komitmen kelanjutan pembangunan IKN.

"IKN ini ada undang-undangnya. UU itu didukung oleh 93 persen fraksi-fraksi yang ada di DPR. Apa lagi yang mau ditanyakan? 93 persen lho ya," ungkapnya.

Progres pembangunan IKN

Dia membeberkan, sejumlah pembangunan fisik kini telah dilakukan, seperti istana presiden dan wakil presiden, serta kantor pemerintahan, termasuk pasokan air, listrik, dan infrastruktur dasar lainnya.

"Yang kedua yang paling penting, private sector masuk, dunia usaha masuk. Ini yang akan mempercepat dunia usaha," tutur Jokowi.

"Kita lihat dari dunia usaha, dua bulan tiga bulan yang lalu sudah mulai, ada hotel, rumah sakit, mal, sekolah, training center, semuanya sudah mulai sehingga pertanyaan yang ketiga tadi: listriknya siap tidak? Sudah dijawab oleh PLN pada sore hari ini, siap," lanjutnya.

Tidak selesai 2024

Jokowi menegaskan, IKN bukanlah proyek yang bisa selesai dalam waktu cepat. Butuh belasan hingga puluhan tahun untuk menyelesaikannya.

"Tapi memang ini sekali lagi bukan proyek untuk tahun depan. Bisa 15 tahun, bisa 20 tahun, bisa juga 10 tahun kalau swastanya kencang, kenapa tidak?" papar Jokowi

"Jadi sekali lagi, 20 persen anggaran dari APBN, 80 persen dari private sector," pungkasnya.

https://makassar.kompas.com/read/2023/11/03/113205478/jokowi-pinjam-seratus-kepada-100-ceo-di-ikn

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com