Salin Artikel

Sempat Ngamuk Ingin Buka Borgol, Ricky Ham Pagawak Akhirnya Minta Maaf ke Staf JPU KPK

MAKASSAR,KOMPAS.com - Mantan Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak minta maaf atas tindakannya yang sempat mendorong staf JPU KPK Waluyo karena ingin membuka borgolnya di lobi Pengadilan Negeri Tipikor Makassar, Sulsel, Rabu (30/8/2023)

Ricky mengaku insiden itu merupakan kesalahan pahaman antara dirinya dan staf JPU KPK Waluyo. 

"Saya bilang kamu (Waluyo) salah paham, akhirnya (saling) minta maaf," kata Ricky kepada awak media di PN Tipikor Makassar.

Ricky menceritakan, ia sempat mengamuk dan mendorong staf JPU KPK lantaran meminta borgol ditangannya untuk dibuka.

Dia mengatakan alasannya ingin membuka borgol untuk menyalami stafnya yang juga merupakan saksi dalam agenda sidang hari ini.

"Saya suruh buka borgol. Ada saksi staf saya secara budaya harus jabat tangan, salam. Anak buah saya jadi saksi (sidang hari ini) jadi saya mau jabat tangan (itu) budaya kami," tuturnya.

Dia juga menuturkan, staf atau saksinya sempat menangis saat bertemu. Sehingga ia meminta borgolnya dibuka untuk jabat tangan dengan stafnya.

"Yang satu (pengawalnya) sudah buka yang satu tidak boleh dibuka. Saya bilang buka karena itu staf (saksi) saya mau jabat tangan. Mereka nangis pas saya datang berkerumun," tandas dia.

Sementara Waluyo mengatakan, Ricky Ham Pagawak sudah meminta maaf kepadanya dan mengaku jika salah.

"Sudah minta maaf, bahkan tadi sempat peluk saya sambil minta maaf," pungkas dia.

Sebelumnya diberitakan, sidang Mantan Bupati Mamberamo Tengah Ricky Ham Pagawak kembali digelar di Pengadilan Negeri Tipikor Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi Rabu (30/8/2023).

Pantauan KOMPAS.com di lokasi Ricky Ham Pagawak hadir di PN Tipikor Makassar Pukul 09.30 Wita dengan mengenakan rompi tahanan KPK dan dikawal sejumlah petugas polisi bersenjata lengkap.

Saat memasuki lobi PN Tipikor Makassar, Ricky Ham Pagawak tiba-tiba berhenti dan meminta borgol di tangannya dilepas.

Namun, pengawal Ricky enggan membuka borgolnya. Dia hanya ingin membuka borgol jika Ricky berada di ruang sidang.

"Buka dulu ini (borgol)," kata Ricky.

"Pak di depan aja Pak, ruang sidang," jawab pengawalnya.

"Minta di situ (di lobi buka borgolnya) tapi sama pengawalnya tidak dikasih, terus saya bilang buka aja, eh malah ngamuk (dorong saya)," 

Waluyo juga mengatakan hanya menyampaikan lokasi sidang Mantan Bupati Mamberamo Tengah itu digelar di ruang Bagir Manan bukan di ruang Haripin Tumpa. Bahkan ia mengaku Ricky sempat melontarlan kata ancaman terhadap dirinya. 

"Dari rutan sudah marah-marah dia, tadi ngancam-ngamcam juga dia bilang kamu jangan macam-macam sama saya," ungkapnya.

Petugas kepolisian serta staf PN Makassar yang melihat Rikcy mendorong staf JPU KPK langsung melerai keduanya sebab Waluyo juga terlihat sempat tersulut emosinya usai didorong oleh Rikcy.

Beruntung, usai dilerai situasi kembali kondusif. Serta Rikcy langsung memeluk beberapa orang yang diduga merupakan saksi-saksi yang akan menyampaikan pembelaan terhadap dirinya diagenda sidang hari ini.

https://makassar.kompas.com/read/2023/08/30/133751178/sempat-ngamuk-ingin-buka-borgol-ricky-ham-pagawak-akhirnya-minta-maaf-ke

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com