Salin Artikel

Cerita Daeng Nai, Puluhan Tahun Jadi Kuli Bangunan, Kini Sukses sebagai Pengusaha Properti

Pria tersebut bernama Darwis Daeng Nai (55). Pria yang biasa disapa Haji Nai merupakan pengusaha properti yang awalnya bekerja sebagai kuli bangunan.

Dia mengaku separuh hidupnya dihabiskan di bawah terik matahari sebagai buruh kasar demi menghidupi keluarganya. Selain menjadi kuli bangunan, Daeng Nai pernah mencoba berbagai pekerjaan lainnya saat tak ada panggilan dari mandor. 

"Saya jadi kuli bangunan sejak tahun 1983 dan hampir semua jenis pekerjaan saya sudah lakukan, kecuali mencuri. Kalau tidak ada panggilan dari mandor atau menganggur, saya juga pernah mencoba jual ikan," kata Daeng Nai kepada Kompas.com.

Meski menjadi kuli bangunan dengan upah yang pas pasan, Daeng Nai ternyata rajin menabung. Saat itu gajinya per hari hanya Rp 1.500. 

"Walau pun gaji saya sedikit saya tetap menabung. Meski itu hanya Rp 100, saya paksakan menabung. Karena saya pikir kelak kalau saya sakit tidak bisa lagi bekerja anak-anak dan istri saya akan makan apa nanti," kata Daeng Nai.

Bongkar tabungan untuk membangun Ruko

Kemudian pada tahun 2012, Daeng Nai mencoba membuka tabungan yang dikumpulkannya selama puluhan tahun. Hasil tabungan inilah yang menjadi modal untuk membangun satu unit rumah toko (ruko) di lahan warisan orangtunya.

Pembangunan ruko tersebut berjalan lambat lantaran modalnya tidak mencukupi. Ruko tersebut akhirnya rampung setelah dua tahun  pembangunan. Setelah itu ruko tersebut dijual.

Lalu hasil penjualan satu unit ruko tersebut digunakan untuk membeli lahan kosong. Lahan tersebut dibangun rumah untuk dijual.

"Saat ini kami fokus ke perumahan subsidi. Kenapa perumahan subsidi? Karena murah meriah. Artinya kami bisa membantu masyarakat yang belum memiliki rumah dengan harga yang terjangkau. Dan hingga saat ini sudah puluhan perumahan dengan jumlah 7.000 unit rumah" tuturnya. 

Rumah gratis untuk warga tak mampu

Tak hanya itu, Daeng Nai telah menyumbangkan lebih dari 70 unit rumah kepada masyarakat yang tidak mampu.

"Kalau mau dihitung semua sudah puluhan unit yang kami berikan secara cuma-cuma dan tanpa membayar sepeserpun. Baik pajak dan administrasinya semua, kami yang tanggung. Tapi saya tidak mau menyebutkan jumlahnya jangan sampai saya kena riya'" katanya.

Pemberian rumah secara gratis ini pun tentunya melalui tahap seleksi. Salah satunya adalah hanya untuk masyarakat yang memang tidak mampu dan belum memiliki rumah.

Selain kepada msyarakat, Daeng Nai juga memberikan kepada anggota TNI/Polri. Namun wewenang seleksi bagi anggota tersebut diberikan kepada instansi masing masing.

"Rumah gratis tersebut utamanya kepada anak yatim piatu dan orang orang yang dulu seperti saya, tidak mampu dan memang tidak memiliki rumah" kata Daeng Nai.

Daeng Nai berpesan kepada warga agar teruslah bekerja dengan giat dan pantang menyerah. Sebab, segala jenis pekerjaan akan berbuah manis jika ditekuni dengan ikhlas.

Dari pantauan Kompas.com, terakhir Daeng Nai memberikan satu unit rumah secara gratis kepada personel Polri, Aiptu Marten Lau pada Rabu, (12/7/2023) lalu di perumahan Green Nurhidayat Bontomajannang, Desa Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. 

Penyerahan rumah tersebut dihadiri langsung oleh Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Setyo Boedi Moempoeni Harso dan Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo.

Aiptu Marten sendiri telah sebelas tahun berdinas dan bekerja diatas kursi roda akibat kecelakaan kerja yang dialaminya pada tahun 2012 lalu. Aiptu Marten selama ini tinggal di asrama polisi bersama istri dan anaknya. 

Dia tak menyangka akan mendapatkan rumah secara gratis. 

"Saya kecelakaan tunggal dulu waktu pulang habis penangkapan dan sampai sekarang saya tidak bisa bergerak kecuali diatas kursi roda," tuturnya. 

https://makassar.kompas.com/read/2023/07/25/120351278/cerita-daeng-nai-puluhan-tahun-jadi-kuli-bangunan-kini-sukses-sebagai

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com