Salin Artikel

Polisi Tangkap 2 Pemerkosa Bergilir Gadis Penyandang Disabilitas di Makassar, Pelaku Pacar Korban

MAKASSAR, KOMPAS.com - Polisi tak perlu waktu lama membekuk pelaku pemerkosaan terhadap gadis belia berinisial L di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dari hasil penyelidikan polisi pelaku yang berhasil dibekuk berjumlah dua orang, masing-masing berinisial AR (25) dan A (19). Keduanya dibekuk di bilangan Jalan Cendrawasih, Kota Makassar, Sulsel, pada Jumat (21/7/2023).

Kasat Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Ridwan JM Hutagaol mengatakan, pelaku AR merupakan kekasih korban dan pelaku A rekan kekasih korban. Kata Ridwan, peristiwa memilukan itu terjadi pada Kamis (20/7/2023).

"Kejadiannya ada di dua tempat kejadian perkara (TKP) pertama di kos di Jalan Tanjung Malaka, Kecamatan Mamajang, Makassar. TKP kedua di homestay di Jalan Anuang, Makassar," jelas Ridwan saat ekspose di Mapolrestabes Makassar, Sabtu (22/7/2023).

Korban penyandang disabilitas 

Menurut Ridwan, berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi terhadap korban bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Makassar menyatakan korban juga mengalami gangguan keterbelakangan mental.

"Korban ini juga mengalami gangguan keterbelakangan mental berdasarkan hasil tes psikologi dibantu UPTD PPA atau disabilitas intelektual hasil pemeriksaan kita juga korban diperkosa sebanyak dua kali," kata Ridwan.

Perwira polisi berpangkat dua bunga melati itu juga menyebut, korban dan pelaku baru menjalani hubungan asmara selama kurang lebih satu bulan. Korban dan pelaku berkenalan melalui media sosial.

"Kami amankan dua pelaku yang dimana merupakan pacar korban, baru pacaran satu bulan. Pacarnya ini diamankan dengan temannya," bebernya.

Diperkosa dalam kamar mandi

Ridwan mengungkapkan, peristiwa naas yang menimpa L bermula kala dirinya dijemput oleh AR di kediamannya, Kamis dini hari.

Korban dibawa ke sebuah indekos, di situlah korban diperkosa oleh pelaku AR. Korban tidak mampu berbuat apa-apa.

Tak sampai di situ, pelaku AR kembali membawa korban ke sebuah homestay, di situ ternyata teman pelaku berinisial A sudah ada lebih dulu dalam kamar.

"Pada saat pacarnya (AR) membawa ke homestay pacarnya tidur, si korban ini tinggal sendiri, akhirnya korban dicabuli dan diperkosa oleh teman pelaku di kamar mandi. Motif untuk melampiaskan nafsu," jelasnya.

"Ancaman 4 tahun sampai 12 tahun penjara ditambah sepertiga kerena korban penyandang disabilitas. Kondisi psikologis sementara kita lakukan kerjasama dengan UPTD PPA Makassar untuk pendampingan korban," jelasnya.

Sebelumnya, sebuah rekaman video yang memperlihatkan seorang gadis belia mengaku jadi korban pemerkosaan beredar luas di berbagai platform media sosial (Medsos) hingga menjadi viral.

Dari rekaman video nampak gadis menggunakan pakaian berwarna hijau itu duduk di depan pekarangan sebuah rumah. Ia terlihat menangis tersedu-sedu, hingga warga mendatangi sang gadis tersebut.

Saat ditanyai warga, gadis belia itu mengaku telah diperkosa secara bergilir yang dilakukan beberapa pria sekaligus.

"Na perkosaya (saya diperkosa)," ungkap gadis nahas itu.

Setelah ditelusuri, rupanya peristiwa itu terjadi di kawasan Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Sulsel. Aparat kepolisian dari Polsek Panakkukang pun mendatangi sang gadis belia berinisial L (17) dikediamannya, pada Kamis (20/7/2023) malam.

https://makassar.kompas.com/read/2023/07/22/150811578/polisi-tangkap-2-pemerkosa-bergilir-gadis-penyandang-disabilitas-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com