Salin Artikel

Mengenal Mappatoppo, Tradisi Wisuda Haji yang Dilakukan Masyarakat Bugis-Makassar

KOMPAS.com - Ada banyak tradisi yang dilakukan masyarakat dalam menyambut jamaah haji yang baru pulang beribadah di Tanah Suci, salah satunya Mappatoppo.

Mappatoppo yang juga dikenal sebagai wisuda haji ini adalah tradisi masyarakat Bugis-Makassar dalam menyambut keluarga yang baru pulang setelah menunaikan ibadah haji.

Dalam pelaksanaan tradisi Mappatoppo, jamaah haji laki-laki akan diberi peci atau surban untuk dikenakan, sementara jamaah haji perempuan akan mengenakan cipo-cipo atau kerudung.

Tradisi ini biasanya diselenggarakan di kediaman jemaah haji, masjid, atau aula dengan mengundang keluarga dan masyarakat setempat.

Rangkaian tradisi ini diwarnai dengan kegiatan seperti pengajian, pembacaan doa, ceramah agama, ucapan selamat, hiburan, dan makan bersama.

Dilansir dari laman nu.or.id, makna tradisi Mappatoppo menjadi simbol transformasi seseorang dari sebelum haji menjadi haji dengan telah menyempurnakan rukun Islam.

Hal ini mengandung harapan supaya seseorang yang telah menjalankan rukun Islam yang kelima ini bisa lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang.

Sementara dilansir dari laman malut.kemenag.go.id, Mappatoppo adalah bentuk rasa syukur atas suksesnya seluruh rangkaian ibadah haji. Rasa syukur dipanjatkan karena ibadah haji adalah bagian dari kehendak Allah SWT.

Selain itu, Mappatoppo menjadi bagian dari upaya menguatkan dan melestarikan haji mabrur yang dikukuhkan dan disaksikan seluruh masyarakat yang hadir.

Tak pelak tradisi Mappatoppo ini memberi makna tersendiri bagi seseorang yang telah sukses beribadah haji.

Terkait tradisi ini Kakanwil Kementrian Agama Propinsi Maluku Utara, H. Sarbin Sehe melalui pesan WhatsAppnya pada 14 Juli 2022 mengatakan bahwa tradisi yang diselenggarakan ini mungkin tidak ditemukan jika diteliti dalam ilmu manasik.

H. Sarbin juga menjelaskan bahwa Mappatoppo merupakan kearifan lokal yang memiliki nilai religius sekaligus menguatkan nilai agama.

"Inilah budaya, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama, maka tidak perlu dipertentangkan, sebaliknya harus saling menguatkan," jelasnya.

Sumber:
nu.or.id   
malut.kemenag.go.id  

https://makassar.kompas.com/read/2023/07/17/180150478/mengenal-mappatoppo-tradisi-wisuda-haji-yang-dilakukan-masyarakat-bugis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke