Salin Artikel

Keinginan Prabowo Pindahkan Makam Pangeran Diponegoro, Ditolak Pihak Keluarga, Dinilai Tak Perlu oleh Sultan HB X

Hal itu disampaikan Prabowo saat menghadiri Forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Sulsel, pada Kamis (13/7/2023).

Dalam sambutannya, Prabowo menyampaikan izin, khususnya kepada masyarakat Sulsel untuk pemindahan makam tersebut. 

"Di sini, di kota ini, ada makam Pangeran Diponegoro. Yang dibuang dari daerah asalnya. Tak ada salahnya kita berpikir. Tentunya dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan. Apa tidak ada baiknya, kita kembalikan makamnya Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya. Dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, kita kembalikan beliau ke kampung halamannya sendiri," kata Prabowo.

Respons Keluarga dan Sultan Hamengku Buwono X

Cucu generasi kelima Pangeran Diponegoro, Raden Hamzah Diponegoro mengaku rencana Prabowo untuk memidahkan makam kakeknya tidak mungkin terjadi.

Sebab, kata Raden, sebelum Pangeran Diponegoro wafat sudah berpesan agar dimakamkan di Kota Makassar. 

"Karena amanahnya beliau dan sudah berpesan. Jadi tidak mungkin lah karena sudah wangsit atau amanah beliau. Jauh sebelum beliau menghembuskan napas, beliau sudah wakafkan dirinya (untuk di makamkan di Makassar)," kata Raden Hamzah saat ditemui KOMPAS.com di Makam Diponegoro, Jumat (14/7/2023).

Secara pribadi Raden mengaku tak masalah tapi pemindahan makan tersebut akan sangat sulit terealisasi. 

"Kalau secara pribadi tidak masalah tapi kan kita bicara sakral dan amanah. Saya tidak bisa egois juga. Apalagi selain Pangeran Diponegoro di sini juga ada istri dan putra putrinya (dimakamkan)," ucap Raden yang juga merupakan penanggungjawab makam Diponegoro.

Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai pemindahan makam Pangeran Diponegoro tidak perlu dilakukan.

“Kalau saya, enggak usah,” kata Sultan saat ditemui wartawan di Kota Yogyakarta, Jumat (14/7/2023).

Sultan beralasan di masyarakat di Makassar menghargai Pangeran Diponegoro sehingga tidak perlu harus dipindahkan ke Yogyakarta. 

“Pangeran Diponegoro di sana juga dihargai oleh masyarakat. Masyarakat di Makassar juga menjaga saya kira tidak perlu harus diputar (dipindahkan) ke Jogja, masyarakatnya menghargai di sana,” ujar dia.

Pangeran Diponegoro Dianggap Raja di Makassar

Hal lain yang membuat rencana bakal calon presiden (Bacapres) Prabowo Subianto mustahil terjadi adalah Pangeran Diponegoro sudah dianggap sebagai raja di Makassar. 

"Bagaimana mau pindahkan makam Pangeran Diponegoro, ceritanya sudah jadi raja di sini karena anak-anak beliau menikah sama anak-anak raja di sini. Anaknya ada enam, 5 putra dan 1 putri, menikah sama anak raja-raja di sini dan lahirlah cucu-cucunya. Jadi bagaimana mau dipindahkan kalau amanah," tandas Raden

Pangeran Diponegoro menjalani pengasingan selama hampir 25 tahun yakni mulai 12 Juni 1830 – 8 Januari 1855 dengan pengawasan yang sangat ketat, sampai akhirnya meninggal dunia karena usia tua.

Bahasa Politik Prabowo

Raden Hamzah Diponegoro menilai keinginan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subinto untuk memidahkan makam Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya sebagai bahasa politik.

"Di sini (di Makassar) anak beliau yang sudah beranak pinak. Lihat kapasitasnya yang bicara kalau dia tokoh politik boleh, jadi bahasanya itu bahasa politik," ucap Raden.

Penanggungjawab Makam Pangeran Diponegoro itu menyebut kenginan Prabowo tidak mungkin terwujud. Sebab pahlawan bangsa yang memiliki nama asli Sultan Abdul Hamid Herucokro Kabiril sudah memiliki keturunan di Kota Daeng.

"Di sini (di Makassar) anak beliau yang sudah beranak pinak. Beliau juga di makamkan di sini juga tidak serta-merta. Jadi (dimakamkan) karena output perjuangan beliau ke ibu pertiwi, nusantara," ungkapnya.

Prabowo Bukan Orang Pertama

Raden Hamzah Diponegoro menceritakan bahwa Prabowo Subianto bukan orang pertama yang ingin memindahkan makam kakeknya.

Sebelumnya, kata Raden, Wakil Presiden ke-2 Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX juga pernah mempunyai ide yang sama untuk memindahkan makam kakeknya ke ke Yogyakarta.

"HB IX saja dengan kapasitas wakil presiden waktu itu, HB IX mondar mandir loh ke Makassar. Jadi cuma kalau wacana begitu pasti dialah yang memulai, apalagi dengan kapasitas wakil presiden," katanya.

Namun, Raden mengatakan niat itu gagal karena Pangeran Diponegoro lebih dulu mengamanahkan dan mengawakafkan dirinya bersama istri dan anak-anaknya untuk dimakamkan di Makassar.

"Jadi beliau juga saat di makamkan di sini, pimpinan Belanda juga tidak langsung spontan kasih ini tempat. Dia koordinasi dulu dengan internal kerajaan Mataram," tuturnya

Peziarah Tolak Rencana Prabowo 

Seorang peziarah di Makam Pangeran Diponegoro, Sulton Arfiansyah ikut menanggapi wacana Menhan Prabowo Subianto yang ingin memindahkan pahlawan nasional itu. Pria asal Surabaya, Jawa Timur itu mengaku kurang setuju dengan wacana tersebut.

Menurutnya, tidak ada urgensi dan kegentingan yang mendesak untuk memindahkan makam Pangeran Diponegoro.

"Saya pribadi urgensi untuk memindahkan makam Pangeran Diponegoro ke tanah kelahiran, menurut saya kurang sepakat kalau memang wafatnya di sini (Makassar). Dimakamkan di sini, yah tidak apa-apa," ucapnya saat ditemui KOMPAS.com disela-sela melakukan ziarah di Makam Pangeran Diponegoro, di Jalan Diponegoro, Makassar, Sulsel, Jumat (14/7/2023).

Selain tak ada urgensi, keberadaan makam Pangeran Diponegoro di Makassar bisa dijadikan sebagai wadah memperat silaturahmi. Kemudian pengelolaan dan perawatan makam Pangeran Diponegoro di Makassar juga dinilai sangat baik. Sehingga tak ada alasan untuk memindahkan makam tersebut.

"Keberadaan makam juga karena untuk mempererat juga hubungan masyarakat sekitar khususnya di Makassar. Di sini saja saya kira pengelolaan dan perawatannya baik jadi kenapa harus dipindahkan," tandas dia.

https://makassar.kompas.com/read/2023/07/15/080137378/keinginan-prabowo-pindahkan-makam-pangeran-diponegoro-ditolak-pihak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke