Salin Artikel

5 Hal Soal Kedatangan Prabowo di Rakernas Apeksi, Gelar Pertemuan Tertutup dengan Bobby Nasution

Ia tiba di lokasi acara pada Kamis sore sektar pukul 15.00 Wita dan disambut hangat oleh Walikota Makassar Moh Ramadhan Pomanto serta Walikota Bogor Bima Arya selaku Ketua Umum Apeksi 2023.

Dan berikut 5 hal soal kedatangan Prabowo di Rakernas Apeksi di Makassar:

1. Sebut Ganjar gubernur, dan Anies profesor

Sebelum penyampaian gagasan Prabowo, Wali Kota Bogor Bima Arya terlebih dahulu menanyakan terkait satu hal yang ada dalam benak Prabowo tentang Ganjar dan Anies.

"Satu kata menurut Pak Prabowo tentang Bapak Ganjar Pranowo?" tanya Bima. "Gubernur," jawab Ketua Umum Partai Gerindra itu. "

Satu kata dari Pak Prabowo tentang Bapak Anies Baswedan?" tanya Bima lagi "Profesor," jawab Prabowo lagi.

Jawaban Prabowo itu pun sontak diwarnai tepuk tangan dan tawa bagi para peserta forum diskusi panel Rakernas XVI Apeksi yang hadir.

Bima pun sempat menyentil bahwa jawaban Prabowo sesuai dengan latar belakangnya yang merupakan pensiunan jenderal militer. "Taktis kalau Jenderal emang," ucap Bima.

2. Janji lanjutkan program Jokowi

Prabowo berjanji jika terpilih sebagai presiden akan melanjutkan program hilirisasi industri nikel, bauksit, hingga kelapa sawit yang dijalankan pemerintah Presiden Joko Widodo.

Prabowo mengatakan, program hilirasi bahan mentah yang sedang dijalankan pemerintahan Jokowi tersebut sudah benar.

"Saya bertekad seandainya, saya menerima mandat dari rakyat, saya akan teruskan strategi yang sudah benar ini," kata Prabowo dalam Rakernas XVI Apeksi 2023 yang disiarkan kanal Youtube Kompas.com, Kamis (13/7/2023).

Prabowo mengatakan, program hilirisasi nikel, timah, dan bauksit dapat menambah pendapatan negara hingga puluhan kali lipat.

Hilirisasi kelapa sawit, misalnya, meningkatkan pendapatan negara di sektor tersebut hingga 79 kali lipat. Hal serupa juga terjadi karena hilirisasi nikel.

"Hilirisasi dalam satu tahun dari tahun 2021 sampai 2022 meningkatkan penerimaan negara dari nikel 20 kali lebih, bayangkan," ujarnya.

"Di sini, di kota ini, ada makam Pangeran Diponegoro. Yang dibuang dari daerah asalnya. Tak ada salahnya kita berpikir. Tentunya dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan. Apa tidak ada baiknya, kita kembalikan makamnya Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya. Dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, kita kembalikan beliau ke kampung halamannya sendiri," kata Prabowo dalam sambutannya.

Ia menegaskan, yang paling berperan penting dalam pembangunan bangsa ialah pemangku kebijakan di daerah atau kota-kota.

"Wali kota, bupati adalah ujung tombak pembangunan bangsa. Adalah eksekutif yang harus implementasi pembangunan bangsa. Nation building adalah tanggung jawab saudara sebagai ujung tombak eksekutif. Betapa bagusnya rencana yang dibuat di pusat. Kalau implementasinya tidak bagus, pembangunan bangsa akan terhambat," ucap dia.

Prabowo juga menyinggung soal negara Indonesia yang kaya dalam segi sumber daya alam.

"Kita juga harus paham dan mengerti bahwa kita adalah negara yang sangat kaya. Negara keenam terkaya dunia dari segi sumber daya alam. Tapi, negara yang besar, negara yang kaya, selalu mengundang kekuatan lain, bangsa lain, untuk mengambil kekayaan kita," kata dia.

4. Sentil kasus kapal asing ambil ikan di laut Indonesia

Dalam sambutannya, Prabowo mengatakan persaingan ekonomi dunia semakin keras, termasuk di sektor kelautan dan perikanan.

Salah satunya dibuktikan dengan banyaknya kapal asing yang menangkap ikan di laut Indonesia.

"Bangsa lain akan memikirkan kepentingan mereka sendiri. Nyatanya ribuan kapal asing mengambil ikan kita di laut kita, ini kenyataan," kata Prabowo dalam Rakernas XVI Apeksi 2023.

Selain itu, Prabowo juga mengatakan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono pernah membatalkan kunjungan ke suatu negara.

Ia mengungkapkan hal itu terjadi karena negara tersebut menyarankan pemerintah Indonesia melarang nelayan untuk menangkap ikan tuna di laut Indonesia.

"Alasannya kalau ikan terlalu banyak diambil di Indonesia, dia (negara tersebut) tidak kebagian. Akhirnya Menteri Kelautan bilang ke saya, 'Menhan saya tidak jadi berangkat'," ujar Prabowo

Ia mengatakan, berdasarkan kasus tersebut, seluruh pihak harus menyadari persaingan ekonomi di sektor pangan sangat keras. Karenanya, pemerintah harus mengambil sikap untuk menjaga sumber daya alam.

Saat itu Prabowo yang baru mnegikuti kegiatan membagikan motor ke anggota Koramil langsung mendayangi Hotel Rinra.

Di lobi hotel terlihat Bobby yang menunggu kedatangan Prabowo.

Namun, sebelum melakukan pertemuan tertutup itu, Prabowo terlebih dahulu menemui wartawan yang menunggu di lobi hotel.

"Pak Bobby kan sebetulnya apa ya. Junior dan sahabat saya dari dulu. Dulu, kita juga usung sebagai Wali Kota Medan. Tiap saat saya ke Medan, beliau yang menyambut saya. Biasalah," kata Prabowo.

Prabowo menilai, Bobby merupakan pemimpin masa depan.

"Jadi, saya senang lihat anak-anak muda jadi pemimpin masa depan. Berkarya, mengabdi, berjuang untuk rakyat. Jadi Bobby pasti nanti akan menjadi pemimpin hebat," ujar dia.

Saat ditanya ada pembahasan soal Pilpres, Prabowo membantahnya. "Ya enggalah. Tenang saja, santai," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Reza Rifaldi, Haryanti Puspa Sari, Hendra Cipto | Editor : Ardi Priyatno Utomo, Yoga Sukmana, Robertus Belarminus)

https://makassar.kompas.com/read/2023/07/14/130100178/5-hal-soal-kedatangan-prabowo-di-rakernas-apeksi-gelar-pertemuan-tertutup

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com