Salin Artikel

Kasus Ketua DPRD Bantaeng Mengamuk di RS dan Tarik Baju Petugas Sekuriti Berakhir Damai

BANTAENG, KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Hamsyah Ahmad diduga mengamuk di RSUD Prof Anwar Makkatutu, Bantaeng berakhir damai.

Hal tersebut diungkapkan Hamsyah ketika dikonfirmasi, Kamis (6/7/2023).

Menurut dia, perdamaian dilakukan setelah dimediasi oleh Komisi C DPRD Bantaeng. 

"Sudah damai, semua sudah selesai. Tapi dengan catatan, pihak RSUD Prof Anwar Makkatutu memperbaiki semua sistem pelayanannya," katanya. 

Hamsyah menuturkan, jika pihak RSUD Prof Anwar Makkatutu akan melakukan evaluasi sistem pelayanannya dianggap kurang baik kepada masyarakat. 

"Tidak usahlah saya dipandang sebagai Ketua DPRD Bantaeng, tapi perlakukan saya seperti masyarakat dengan baik. Tapi ini kan sudah terjadi pelayanan yang kurang baik kepada seluruh masyarakat dan sudah berulang kali," ujarnya. 

Sebelumnya telah diberitakan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Hamsyah Ahmad diduga mengamuk di RSUD Prof Anwar Makkatutu, Bantaeng.

Adu mulut tersebut disinyalir terjadi lantaran Ketua DPRD Bantaeng tersinggung pada sikap petugas sekuriti rumah sakit.

Peristiwa yang terjadi pada Kamis (29/6/2023) malam itu juga terekam dalam video dan menyebar di media sosial.

Penjelasan

Penjelasan Ketua DPRD Hamsyah mengatakan, mulanya dirinya baru selesai membesuk Wakil Ketua DPRD Bantaeng Irianto di RSUD Prof Anwar Makkatutu Bantaeng.

"Malam itu masih jam besuk, saya pulang lewat tangga lift pasien dan mau lewat jalan radiologi, tapi saya diarahkan oleh sekuriti untuk lewat jalan umum dan saya berterima kasih," kata Hamsyah, Jumat (30/6/2023).

Namun, saat dia sedang berjalan ke pintu keluar, petugas sekuriti itu tiba-tiba menertawakannya.

Hal itu membuat Hamsyah dan sang istri menghampiri petugas sekuriti itu.

"Setelah saya menoleh balik dia langsung melihat ke sini, baru ketawa, itu yang membuat saya marah dan saya tanya kenapa ko begitu, Dek. Istri saya bilang mungkin dia tidak kenal kita, tapi sekuriti bilang saya tahu, Pak Anca," katanya.

Tarik baju petugas sekuriti

Hamsyah mengaku mendapatkan perlakuan serupa ketika berjalan menuju pintu keluar. Lantaran emosi, dia pun menarik baju petugas sekuriti. 

"Saya sampai di pintu kedua saya (menoleh) balik lagi ke belakang ternyata dia masih melihat-lihat saya dengan wajah seperti itu, enggak tahu kebencian apa yang dilakukan sama saya," katanya.

"Di situ menambah amarah saya, saya kembali, menarik bajunya," lanjut dia. 

Dia membantah adanya pemukulan terhadap petugas sekuriti. 

"Saya sampaikan bahwa tidak ada pemukulan, ada polisi di situ yang menyaksikan, ada polisi banyak perawat," tuturnya.

"Kalau saya secara pribadi sudah tiga kali terjadi, bahkan saya pernah di video oleh sekuriti. Karena mungkin dia tidak tahu kalau saya anggota DPRD, tapi bukan persoalan itunya bagi saya," ungkapnya.

"Karena ada peraturan di rumah sakit bahwa siapapun tidak boleh melakukan video atau foto di wilayah rumah sakit itu sendiri," lanjut dia.

https://makassar.kompas.com/read/2023/07/06/140353778/kasus-ketua-dprd-bantaeng-mengamuk-di-rs-dan-tarik-baju-petugas-sekuriti

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com