Salin Artikel

Mengapa Makassar Dijuluki Kota Anging Mammiri?

KOMPAS.com - Kota Makassar yang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dikenal memiliki julukan sebagai Kota Anging Mammiri.

Ternyata julukan tersebut disematkan kepada Kota Makassar bukan tanpa alasan, namun terkait dengan posisi geografis dari kota tersebut.

Dilansir dari laman Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, anging mammiri memiliki arti yaitu angin yang bertiup semilir.

Hal ini seperti yang ada pada lagu daerah dari Provinsi Sulawesi Selatan yang berjudul Anging Mammiri.

Angin bertiup semilir yang dimaksud adakah angin yang datang dari arah pantai di sekitar wilayah tersebut.

Dilansir dari laman resmi Kota Makassar, kota yang dahulu disebut Ujung Pandang ini memang terletak terletak dekat dengan pantai.

Wilayah pantai di Makassar membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City”.

Daya tarik wisata bahari di Makassar memang sudah terkenal dengan sejuta pesonanya.

Mulai dari Pantai Losari yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota, tepatnya di Jalan Tanjung Bunga, Desa Maloku, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

Selain dapat menikmati pemandangan, Pantai Losari juga memiliki fasilitas lengkap dengan berbagai permainan air.

Selanjutnya ada Pantai Akkarena yang menjadi spot favorit untuk berburu sunset.

Lokasinya juga tidak jauh dari pusat kota, yaitu di Jalan Tanjung Bunga, Tamalate, Kota Makassar.

Tak hanya di pantainya, sejumlah pulau yang ada di pesisir Kota Makassar juga menyimpan keindahan yang juga menarik bagi wisatawan.

Di antaranya adalah Pulau Samalona, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Langkai, Pulau Lae-Lae, Pulau Lanjukang dan masih banyak lagi.

Untuk mengaksesnya pun sangat mudah, yaitu melalui Dermaga Kayu Bangkoa yang terletak di Jalan Penghibur 2 Kelurahan Bulo Gading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

Selain melihat keindahan pulau dan menikmati sejuknya angin pantai yang berhembus, wisatawan juga dapat mencoba menikmati pesona di dasar laut.

Seperti di Pulau Samalona yang memiliki pantai dengan pasir putih dan air laut biru yang jernih juga terkenal sebagai surga snorkeling dan diving.

Ada pula Pulau Kodingareng Keke yang menawarkan spot diving dengan air laut yang biru dan terumbu karang yang indah, dengan pantai yang cocok untuk menikmati senja sambil bersantai ria.

Sumber:
balaibahasasulsel.kemdikbud.go.id, makassarkota.go.id, explore.makassarkota.go.id, dan makassar.tribunnews.com  

https://makassar.kompas.com/read/2023/05/28/182149078/mengapa-makassar-dijuluki-kota-anging-mammiri

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com