Salin Artikel

Update: Jumlah Babi Mati karena Demam Babi Afrika di Luwu Timur Capai 17.105 Ekor

Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, mencatat sebanyak 17.105 ekor Babi yang mati dan tersebar di sejumlah kecamatan.

Dokter hewan Dinas Pertanian Luwu Timur, I Gusti Ngurah mengatakan sebanyak 9 kecamatan terserang virus ASF.

“Kecamatan terbesar yakni Tomoni Timur 8.598, Mangkutana 2102, Burau 1.928, Kalaena 1.871, dan Angkona 1.249,” kata I Gusti Ngurah saat dikonfirmasi, Rabu (17/5/2023).

Lanjut I Gusti Ngurah, kecamatan yang masih terendah penyebaran virus ASF yakni Towuti 9 ekor, Malili 188 ekor, Tomoni 292 ekor dan Wotu 808 ekor.

“Dua kecamatan yakni Wasuponda dan Nuha masih Nihil meski di dua kecamatan tersebut yaitu Wasuponda memiliki jumlah populasi ternak Babi sebanyak 560 dan Nuha jumlah populasi sebanyak 403 ekor,” ucap I Gusti Ngurah.

I Gusti Ngurah menuturkan, dalam menangani hewan ternak Babi yang diserang virus ASF memiliki tantangan dan kendala.

“Tantangan dan kendala dalam penanganan virus ASF ini, salah satunya yaitu penerapan Biosekuriti yang masih perlu ditingkatkan apalagi pemeliharaan ternak Babi masih kebanyakan pemeliharaan konvensional,” ujar I Gusti Ngurah.

Lanjut I Gusti Ngurah, penanganan penyakit yang disebabkan virus ASFV ini, Dinas Pertanian dari segala bidang yang terkait juga ikut membantu memberikan sosialisasi dan edukasi secara luas mengenai virus ASF.

“Sosialisasi terus digalakkan semoga dengan cara ini bisa mendorong peternak untuk menerapkan Biosekuriti secara baik dalam beternak kedepannya,” tutur I Gusti Ngurah.

Sebelumnya diberitakan Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, mencatat 14.756 babi yang mati akibat terserang virus African Swine Faver (ASF).

Dokter Hewan Dinas pertanian Luwu Timur, I Gusti Ngurah mengatakan, virus ASF mulai masuk ke Luwu Timur sejak awal April 2023.

Virus tersebut masuk melalui daging Babi yang dikirim dari luar Luwu Timur dan menyebar ke seluruh kecamatan.

“Meski sudah menyebar ke sejumlah kecamatan, namun mengenai virus ASF yang menyerang Babi tidak terjadi penularan ke manusia karena virus ASF tidak bersifat zoonosis, melainkan target utamanya cuma di hewan Babi bukan hewan lainnya. Jadi penularan ke hewan lain seperti Sapi, Kambing dan lainnya tidak terjadi juga,” katanya saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (16/5/2023).

Dia mengatakan wilayah yang terjangkit virus ASF antara lain Kecamatan Tomoni Timur, Kalaena, dan Mangkutana.

“Kecamatan tersebut memiliki tingkat kematian babi yang cukup tinggi. Katakanlah misalnya Kecamatan Tomoni Timur mencapai 8.081 ekor, terus Mangkutana 1.558 ekor. Angka kematian ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan makin luasnya cakupan virus ASF,” ungkapnya.

Terkait bangkai babi yang dibuang sembarangan di saluran irigasi, Desa Rinjani, Kecamatan Wotu, pihak Kepolisian Sektor Wotu bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Luwu Timur telah melakukan penguburan.

“Puluhan bangkai tersebut telah membusuk dan menganggu warga, itu sudah dikuburkan menggunakan alat berat, belum diketahui apakah disengaja atau tidak, ini masih diselidiki siapa pemiliknya,” ujar Kapolsek Wotu, AKP Muhajir.

https://makassar.kompas.com/read/2023/05/17/084414978/update-jumlah-babi-mati-karena-demam-babi-afrika-di-luwu-timur-capai-17105

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com