Salin Artikel

Kematian Anggota TNI di Makassar Dinilai Tak Wajar, Gantung Diri tapi Banyak Luka Lebam

Jenazah korban kemudian diterbangkan dari Makassar ke rumah duka di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada Sabtu (15/4/2023).

Juru bicara keluarga korban, Muhibin Ali, mengatakan, pihak keluarga mengetahui informasi korban meninggal dari Danton Yon Arhanud 16/Makassar yang menghubungi lewat sambungan telepon.

Berdasarkan keterangan dari pihak batalion, korban sempat melakukan ibadah shalat Jumat dan menghilang sekitar pukul 14.00 Wita.

Jasad korban kemudian ditemukan tergantung di sekitar asrama pada pukul 15.00 Wita.

Pihak keluarga tidak 100 persen percaya dengan penjelasan pihak batalion karena menemukan sejumlah kejanggalan pada jasad korban.

"Setelah dilakukan pembukaan peti, diduga ada bekas lebam atau luka fisik hasil kekerasan," paparnya, Sabtu (15/4/2023).

Sebelum korban meninggal, pihak keluarga berulang kali mendapat curhatan dari korban yang sudah tidak ingin melanjutkan dinasnya.

"Mengapa otopsi ulang, karena ada kronologi sebelumnya yang bermuasal dari chat antara almarhum dengan keluarga," jelasnya.

Tekanan yang dirasakan korban sudah sejak lama dan diduga berasal dari senior.

"Menyampaikan kondisi sangat tertekan ada tindkan senioritas. Ada chat almarhum ke keluarga yang menyatakan sangat tertekan secara psikis dan kekerasan fisik," sambungnya.

Selain meminta melakukan otopsi ulang, pihak keluarga juga akan melaporkan kasus ini.

"Karena yang bersangkutan merupakan anggota aktif TNI makanya kita langsung lapor ke Denpom dulu," tandasnya.

Sementara itu, seorang kerabat korban, Ayu, mengungkap sejumlah luka yang ditemukan di jasad korban, seperti luka robek di bibir, hidung mengeluarkan darah, serta dagu hingga rahang memar dan bengkak.

Selain itu, ada juga tulang rusuk kiri lebam cekung ke dalam diduga patah, bawah ketiak kanan bengkak, betis memar, dan bagian belakang terlihat luka robek seperti bekas cambukan.

"Belakangnya entah dicambuk pakai besi, kayu, atau apalah. Yang jelas seperti tercongkel. Di leher hanya sedikit bekas jeratan. Jadi apa iya benar ponakan saya gantung diri?" tandasnya.

Ayu juga menjelaskan, pihak keluarga telah berkomunikasi dengan dokter forensik di Makassar yang membenarkan adanya kejanggalan.

"Katanya entah pas sudah sekarat baru dijerat, atau sudah meninggal baru digantung. Kami tidak tahu yang mana benar," tuturnya.

Serda MHF adalah lulusan Bintara Prajurit Karier (PK) 29 Gunung Kupang, Komando Daerah Militer VI Mulawarman ( Kodam VI/MLW), Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Setelah pelantikan tahun 2022, MHF ditugaskan di Arhanud, Makassar.

Kerabat korban, Serda Pandu Akbar, mengaku masih aktif berkomunikasi dengan korban melalui aplikasi chat dan membuat rencana untuk bertemu teman-teman seangkatan.

"Tapi, dia mau nunggu kami yang baru cuti tanggal 17 April. Kami mengiyakan, tapi dia pulang hanya tinggal nama," lanjutnya.

Meski tidak sempat bertemu lagi dengan korban, Serda Pandu Akbar mengaku bahagia dapat mengantarkan korban ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Selamat jalan dan tenang di alam sana saudara kami, Serda MHF. Semoga kejadian ini yang terakhir," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co dengan judul Kronologi Kematian Anggota TNI Asal Kukar yang Dinilai Tewas Tak Wajar

https://makassar.kompas.com/read/2023/04/18/132300278/kematian-anggota-tni-di-makassar-dinilai-tak-wajar-gantung-diri-tapi-banyak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke