Salin Artikel

2 Jam Diperiksa Kasus Korupsi, Danny Pomanto: Kita Harus Menghargai Hukum

MAKASSAR, KOMPAS.com - Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto angkat bicara usai menjalani pemeriksaan di Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Selatan (Sulsel) terkait kasus dugaan korupsi PDAM Makassar Rp 20 miliar, Kamis (13/4/2023).

Danny Pomanto, sapaannya, mengaku dirinya selesai diperiksa oleh tim penyidik Kejati Sulsel Pukul 12.00 Wita dan proses pemeriksaan berjalan lancar.

"Pemeriksaan berjalan lancar, kita harus menghargai hukum dan alhamdulillah tadi selesai. Tadi saya datang jam 10.00 selesai jam 12.00 (Wita)," ucap Danny, kepada awak media di sela-sela acara Peringantan Hari Otonomi Daerah XXVIII 2023 di Hotel Four Point Makassar, pada Kamis (13/4/2023).

Danny mengaku, kehadiran dan pemanggilan dirinya ke Kejati Sulsel hanya sebatas sebagai saksi dan untuk mengklarifikasi dugaan kasus korupsi PDAM Makassar. 

"Saya datang mengklarifikasi pertanyaan, cuma sekarang berkasnya karena (sudah) ada tersangka," ujar dia.

Sebelum hadir sebagai saksi kasus dugaan korupsi PDAM Makassar, ia mengaku terlebih dahulu mendapatkan surat panggilan.

"Sudah (ada surat panggilan), jadi tidak tiba-tiba dipanggil untuk diperiksa," tutur dia.

Danny juga mengaku turut prihatin terkait, telah ditetapkannya Mantan Direktur Utama PDAM Kota Makassar periode 2015-2019, Haris Yasin Limpo.

"Kami pasti prihatin, kami yakin teman-teman punya pembelaan juga, saya berharap beliau kuat, terus baik (sehat), karena proses hukum terus berjalan kami hargai proses hukum dan kami mendoakan teman-teman kuat dan pasti punya pembelaan sendiri," ujar dia.

Saat ditanya apakah ada jadwal panggilan selanjutnya, Wali Kota Makassar dua peridoe itu mengatakan tidak mengetahuinya karena hal itu bukan wewenangnya. 


"Tanya Kejati (Sulsel) soal itu, bukan tupoksi saya," pungkas dia.

Terkait sejumlah simpatisannya yang memanjat pagar gedung Kejati Sulsel karena tak terima diperiksa terkait kasus dugaan korupsi PDAM Makassar, ia mengungkapkan jika hal itu bentuk spontanitas para pendukungnya.

"Spontan makanya tadi lihat anak-anak (simpatisan) semua ini jadi saya suruh pulang, kan spontan tidak ada yang tahu, saya juga tidak tahu kalau ada anak-anak, mereka agak kaget," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Selatan (Sulsel) memeriksa Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto, terkait kasus dugaan korupsi PDAM Makassar. 

Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Sulsel Soetarmi yang dikonfirmasi Kompas.com membenarkan perihal pemeriksaan tersebut. 

"Iya penyidik Bidang Pidsus Kejati SulSel hari ini memanggil Pak Danny sebagai saksi dalam perkara dugaan Tindak Pidana Korupsi Penggunaan Dana PDAM Kota Makassar untuk pembayaran Tantiem dan Bonus/Jasa Produksi tahun 2017 sampai dengan 2019," ucapnya.

https://makassar.kompas.com/read/2023/04/13/154834878/2-jam-diperiksa-kasus-korupsi-danny-pomanto-kita-harus-menghargai-hukum

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com