Salin Artikel

Cerita Pedagang Kopiah Pinggiran Jalan di Makassar Sepi Pembeli

Banyak pedagang "musiman" songkok yang bertebaran dibeberapa emperan jalan selama bulan suci ramadhan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Tak ada yang istimewa dari lapak peci yang berdiri emperan jalan. Para pedagang seringnya hanya membangun tenda sederhana dengan batang bambu. Disitulah mereka memamerkan peci-peci menarik guna menggait para pembeli.

Seperti di ruas jalan antar provinsi tepatnya di Jalan Sultan Alauddin, Kota Makassar, Sulsel. Di situ, kita bisa mendapati beberapa lapak penjual peci dadakan yang didirikan para pedagang.

Salah satu pedagang songkok bernama Muh Asri mengatakan, lapak jualan songkoknya itu telah ia buka kembali seminggu jelang memasuki bulan Ramadhan.

Dia mengatakan, untuk tahun ini penjualan peci sepi pembeli dibandingkan tahun 2022 lalu.

"Saya buka sebulan sebelum puasa. Pembeli sepi tahun ini, mungkin pengaruh mau ada Pilkada jadi perputaran uang agak berkurang," jelasnya saat ditemui Kompas.com di lapak dagangannya, Sabtu (8/4/2023) malam.

Ayah dari empat anak ini menjelaskan, untuk tahun ini dirinya hanya bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah kurang lebih Rp 1 juta.

"Untuk saat ini masih dibawa standar Rp 1 juta, kalau kemarin itu jelang masuk puasa yah bisa di atasnya. Karena kan pemakaian jelang puasa kan. Kalau kemarin (tahun 2022) bisa lebih 1 Juta sampai 3 juta, sekarang kurang pembeli," ucapnya.

Pria 41 tahun itu bilang, harga peci yang dijajakan bervariatif. Mulai dari harga Rp 30.000 hingga Rp 150.000, yang paling diminati yakni songkok hitam berkain bludru.

"Pembeli dari daerah, Gowa, Takalar pengendara-pengendara yang lewat, saya buka di sini 24 jam kadang yang pulang dari daerah singgah beli," kata dia.

Asri menjelaskan, dirinya telah berjualan peci selama 23 tahun untuk menghidupi keluarganya. Dia bilang, dirinya lah yang pertama kali yang mencetuskan berdagang songkok di pinggir jalan.

Songkok atau peci yang dijajakan Asri berasal dari Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

"Satuji lapakku. Saya yang awal buka lapang di pinggiran jalan dari tahun 2000 belum, ada penjual di pinggiran jalan di sekitar Jalan Alauddin. Sudah 23 tahun saya menjual. Alhamdulillah ini saya pakai hidup sehari-hari bersama keluarga," tandasnya.

https://makassar.kompas.com/read/2023/04/10/101052378/cerita-pedagang-kopiah-pinggiran-jalan-di-makassar-sepi-pembeli

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com