Namun, jumlah angka stunting di Makassar perlahan mulai mengalami penurunan dari 2021. Di mana pada 2021 angkanya 5.2 persen balita yang mengalami stunting di Makassar. Sedangkan di 2022 sekitar 4,08 persen.
"Data dari E-PPGBM. Jumlah penderita stunting di Makassar untuk tahun 2021 5,2 persen dan untuk tahun 2022 kita menurun jadi 4,08 persen," ucap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Makassar, Sunarti saat ditemui KOMPAS.com, Kamis (6/4/2023).
Sedangkan jumlah balita untuk tahun 2023, Sunarti mengaku belum mendapatkan datanya karena masih tahap perampungan. "Tahun 2023 ini belum ada hasilnya karena masih merampungkan pendataan, Ada 2 kali pendataan dalam setahun yakni di bulan Februari dan Agustus," ujarnya.
Sunarti mengatakan faktor penyebab stunting karena kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak.
Selain itu, kata Sunarti, stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi, diantaranya, faktor pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan
diantaranya layanan Antenatal Care pada ibu hamil. "Juga tingkat kehadiran anak di posyandu, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi," tukasnya.
Meski trendnya positif, Suarti mengaku Pemerintah Kota Makassar, terus berupaya melakukan percepatan penurunan stunting atau Makassar menuju zero stunting untuk 2024, dengan membuat Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Makassar yang diketuai Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi.
"Setiap hari Sabtu, kita adakan gerebek stunting ke Puskesmas-puskesmas. Timnya itu ada dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Dinas Kesehatan, Kecamatan dan Kelurahan hal ini untuk menekan angka stunting," sambungnya.
Sunarti mengungkapkan, salah satu cara mencegah stunting yaitu pola hidup sehat serta seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimana saat ibu hamil harus rutin memeriksaan kehamilannya.
"Rajin minum tablet penambah darah sehingga kami tidak harapkan seorang ibu melahirkan bayi yang berpotensi stunting.
Ibu hamil juga harus menjaga asupan gizi untuk calon bayinya," imbuhnya.
Selain itu, cara lain untuk mencegah terjadinya stunting yakni memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri atau anak perempuan berusia 12 - 18 tahun. "Ada pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, program ini langsung dari pusat," ungkapnya.
Pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dilakukan setiap hari Jumat dimana pihak Puskesmas mendatangi sekolah untuk pemberian tablet tersebut. Sementara remaja putri yang tidak mengenyam bangku pendidikan kader petugas puskesmas yang membantu memberikan tablet tambah darah.
"Memberikan dan mengawasi tablet tambah darah dan itu wajib," bebernya.
Kemudian selama hamil, kata Sunarti, disarankan untuk mengkonsumsi minimal 90 tablet tambah darah. "Ibu-ibu hamil harus rajin memeriksakan kehamilan jika anaknya sudah lahir agar rajin dibawa ke posyandu supaya kita tau pertumbuhan dan perkembangan anaknya setiap bulan," tandasnya.
Begitupun remaja putri harus menjaga kesehatan reproduksinya dan rutin minum tablet tambah darah atau 1 tablet setiap pekan. Termasuk juga catin harus rutin minum tablet tambah darah. Diharapkan dengan mengkonsumsi tablet tambah darah remaja putri dan catin tidak mengalami anemia kekurangan darah atau sel darah merah
"Fungsi sel darah merah itu bagi ibu hamil untuk mengangkut makanan ke janin, kalau itu tidak ada atau kurang bagaimana caranya mengangkut makanan ke janin
kekurangan sel darah merah juga salah satu penyebab stunting makanya digalakkan ke remaja putri atau catin pemberian tablet tambah darah," ungkapnya.
Menurutnya, remaja putri rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi, remaja putri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat serta diet yang kadang keliru di kalangan remaja putri.
Remaja putri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak.
"Setiap calon pengantin diharuskan akses ke pelayanan kesehatan atau puskesmas, nanti akan diedukasi kesehatan reproduksinya, informasi gizi dan kesehatannya dan tentang stunting dan pemberian tablet tambah darah," pungkasnya.
Dia juga mengaku tahun ini, Pemkot menganggarkan Rp 50 juta per kelurahan untuk percepatan penurunan stunting. Dana itu untuk sosialisasi, promosi di antaranya pembuatan banner, spanduk dan rapat koordinasi.
"Kami juga melibatkan CSR dari beberapa perusahan-perusahan untuk memberikan makanan tambahan serta semua SKPD ikut membantu. Jadi untuk percepatan penurunan stunting bukan hanya tugas Dinkes tapi juga mulai dari Wakil Wali Kota sampai SKPD Kota Makassar termasuk PKK ikut ambil peran," jelasnya.
Sunarti mengungkapkan sejak Kota Makassar masuk Lokasi Fokus (Lokus) Intervensi Penurunan Stunting, Dinkes Makassar juga lakukan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting.
"Jadi ada beberapa aksi yang kita lakukan pertama pemetaan, perencanaan program dan rembuk stunting atau kebijakan yang dilakukan langsung dari pimpinan bersama OPD terkait ikut terlibat dalam penangan stunting," tutupnya.
https://makassar.kompas.com/read/2023/04/06/161653178/3333-balita-di-makassar-alami-stunting-dinkes-ungkap-penyebabnya