Salin Artikel

Dihajar Warga karena Diduga Menculik Anak, Pria di Makassar Ini Disebut Alami Keterbelakangan Mental

Pria tersebut diketahui bernama Agus (40) itu merupakan warga Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar

Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar, Iptu Alim Bachri mengatakan keterangan dari keluarga terduga pelaku yang berprofesi sebagai tukang ojek mengalami keterbelakangan mental.

"Keterangan beberapa keluarganya, terduga pelaku memang keterbelakangan metal makanya kita saat ini masih terus didalami kasus ini," kata Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar, Iptu Alim Bachri kepada KOMPAS.COM, Selasa (4/4/2023).

Dia pun akan memanggil tim psikiater untuk memastikan apakah pria paruh baya itu benar-benar mengalami keterbelakangan metal atau tidak. 

"Kita akan memanggil spikiater. Untuk mengetahui apa betul terduga pelaku keterbelakangan metal," ujarnya.

Alim juga mengatakan pihaknya sudah melakukan gelar perkara tapi masih butuh pendalaman, termasuk mengambil keterangan beberapa saksi.

"Kemarin itu sudah digelar (perkara). Saksi ada sekitar 5 kita ambil keterangannya. Mulai dari nenek korban, ibu korban, korban sendiri, tetangga pelaku" tuturnya.

Dugaan penculikan tersebut berawal saat terduga pelaku mengajak dua anak laki-laki mengambil uang ke anjungan tunai mandiri (ATM) dengan niat memberikannya uang.

"Sementara anak yang satunya lagi sudah dibonceng oleh terduga pelaku. Di situlah dihalau oleh beberapa warga dan terjadilah penganiayaan," sambungnya.

Alim mengatakan beberapa saksi menyebut pelaku tidak pernah membawa pulang uang hasil mengojek. Pasalnya uang hasil ojek sering dibagikan kepada anak-anak.

"Tapi uangnya selalu dia bagikan ke anak-anak," tandasnya.

Sebelumnya, beredar video seorang pria paruh baya dikeroyok hingga babak belur oleh sejumlah warga, karena diduga pelaku penculikan anak. Dari informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi di Jalan Pondok Asri Poros Asrama Haji Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (2/4/2023) siang.

Dalam video berdurasi 2,50 menit itu, pria paruh baya itu tampak diadang di tengah jalan oleh sejumlah warga. Terlihat pelipis mata kanannya yang sudah berlumuran darah.

"We borongi cepat ko anak-anak (Kalian cepat ke sini massa dia)," ucap perempuan yang ikut memukul pria yang diduga pelaku penculikan itu.

"Sudahmi, sudahmi (sudah, sudah)," timpal warga lainnya yang melerai.

"Bagaimana kalau anakmu yang diculik?" jawab pria yang tak mengenakan baju tersebut

Kanit Reskrim Polsek Biringkanaya Iptu Sangkala mengatakan pria paruh baya itu masih diduga pelaku penculikan.

"Penangan ditangani Unit PPA Polrestabes Makassar siang jam 12 (Pukul 12.00 Wita) karena dibawah umur (diduga kasus penculikan), undang-undang perlindungan anak harus ditangani PPA," ucapnya kepada KOMPAS.com, Minggu (2/4/2023) malam.

https://makassar.kompas.com/read/2023/04/05/164852078/dihajar-warga-karena-diduga-menculik-anak-pria-di-makassar-ini-disebut

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com