Salin Artikel

Sosok Mahasiswa yang Meninggal Saat Diksar Mapala, Ternyata Cucu Guru Besar Unhas, Ditemukan Ada Luka Lebam

Kegiatan Diksar ini berlangsung di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros pada Jumat (13/1/2023).

Sedangkan kegiatan tersebut dilakukan sejak Senin (9/1/2023).

Berdasarkan pengakuan ketua Mapala 09 Teknik, Ibrahim Fauzi, korban meninggal karena mengalami sesak nafas.

Sebelum meninggal, Viredny sempat mengeluh sakit sesak pas saat berada di daerah perbukitan.

Ia tinggal di Komplek Telkomas, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan.

Virendy Marjefy merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan James dan Femmy Lotulung.

Ayah korban, James merupakan mantan wartawan senior harian Pedoman Rakyat, Makassar. Sementara kakek korban, Profesor Dr OJ Wehantouw, MS adalah guru besar ilmu sosial di Unhas.

Kakek korban menjadi pengajar di Unhas sejak 1965 dan meninggal pada Oktober 2015.

Korban merupakan mahasiswa Teknik Arsitek Unhas angkatan 2021 atau semester 4. Semasa hidup, korban dikenal aktif mengikuti sekolah minggu di sebuah gereja di Makassar.

Kronologi meninggalnya mahasiswa Unhas

Kapolsek Tompobulu, AKP Asgar mengatakan kegiatan Diksar ini tidak mengajukan izin pemberitahuan kepada kepolisian atau pemerintah setempat.

"Iya memang benar ada mahasiswa Unhas Fakultas Teknik Sipil semester IV yang meninggal dunia saat mengikuti diksar di Dusun Bara-barayya," kata dia.

"Saat ini korban sudah berada di rumah duka, merupakan warga makassar, saat melaksanakan Diksar di Kecamatan Tompobulu mereka tidak ada yang melapor ke pemerintah setempat maupun ke polsek," ujar dia.

Kegiatan Diksar ini dilakukan dengan berjalan kaki dari satu desa ke desa lain.

Korban mulai merasakan sakit pada hari Jum'at (13/1/2023) ketika berjalan di Desa Bonto Manurung, sebuah desa di area perbukitan yang cukup tinggi.

Sekitar pukukl 23.00 Wita, Virendy sesak napas saat berada di Kampung Bara Baraya, Dusun Tanetebulu, Desa Bonto Manurung, Kecamatan Tompobulu.

Ia sempat mendapat pertolongan pertama dengan menggunakan tabung oksigen yang sudah disiapkan panitia.

Panitia Diksar mencoba membawa korban ke rumah warga terdekat, namun nyawa korban tidak tertolong.

"Kemudian mereka memapah korban menggunakan sarung menuju rumah salah seorang warga, untuk mengecek kembali keadaan korban. Namun korban dipastikan telah meninggal dunia sekitar pukul 23.45 Wita," ungkapnya.

Karena lokasi desa di ketinggian, korban baru bisa dievakuasi dengan mobil jenazah pada Sabtu (14/1/2023) pukul 04.30 Wita.

Korban sempat dibawa ke UGD Rumah Sakit Grestelina, Panakkukang, Makassar sebelum dikembalikan ke rumah duka.

Ditemukan luka lebam

Semnetara itu ayah korban, James Wehantouw mengaku menemukan luka lebam pada jasad Virendy Marjefy.

"Itu ada lebam, ada luka apa, cuma kita positif thinking saja karena kita sulit jelaskan," ujar dia.

Untuk mengungkap penyebab luka lebam ini, jasad korban harus diautopsi terlebih dahulu.

James Wehantouw keberatan jika jasad anaknya diotopsi dan memilih untuk langsung memakamkannya pada Senin (16/1/2023).

"Karena kalau kita mau tau penyebabnya kita harus otopsi. Setelah kita pihak keluarga pertimbangan kita keberatan otopsi," jelas dia.

Ia juga menyebut kejaanggalan lain adalah tidak adanya izin kegiatan ke pihak kepolisian atau pemerintah setempat.

"Kalau diizinkan pasti dipantau, tapi ini mereka ini tidak dilengkapi surat izin, peralatan medis juga tidak lengkap, masa juga tidak dokumentasi," terangnya dikutip dari

Sementara itu Kasat Reskrim Polres Maros, Iptu Slamet menjelaskan keluarga korban sudah ikhlas dengan meninggalnya Virendy Marjefy dan tidak membuat laporan terkait kematian korban.

"Jadi yang dilaporkan keluarganya itu bukan perihal pembunuhan atau kematian. Karena mereka mengaku sudah ikhlas menerima kematian korban dan menganggap sudah takdirnya, apalagi hasil visum luar di Rumah Sakit Grestelina itu wajar," ungkapnya dikutip dari TribunMaros.com.

Iptu Slamet mengatakan keluarga korban melaporkan kasus ini karena panitia dianggap lalai sehingga menyebabkan Virendy Marjefy meninggal.

"Adik korban hanya melaporkan mengenai proses kegiatan diksar itu. Mereka hanya menuntut pertanggungjawaban dari pihak panitia diksar yang diduga lalai dan lepas tanggung jawab," akunya.

Polres Maros akan segera memanggil panitia Diksar Mapala Teknik Unhas untuk diperiksa.

"Selanjutnya nanti akan diundang dari pihak panitia. Kita baru akan jadwalkan undangannya," imbuhnya.

Dalam menangani laporan ini, Polres Maros bekerja sama dengan Polsek Tompobulu karena tempat korban meninggal berada di wilayah tersebut.

"Kita akan koordinasi dengan pihak Polsek Tompobulu karena personel sudah ke TKP melakukan pengumpulan data dan bahan keterangan," sambungnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mahasiswa Unhas Meninggal saat Diksar Mapala, Panitia Dilaporkan ke Polisi karena Dianggap Lalai

https://makassar.kompas.com/read/2023/01/19/061600778/sosok-mahasiswa-yang-meninggal-saat-diksar-mapala-ternyata-cucu-guru-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke