Salin Artikel

7 Senjata Tradisional Sulawesi Selatan, Salah Satunya Badik

KOMPAS.com - Ada sejumlah senjata tradisional Sulawesi Selatan.

Senjata tradisional tersebut telah dikenal sejak zaman kerajaan, yang antara lain digunakan sebagai alat perang, berburu, dan kelengkapan pakaian tradisional laki-laki.

Senjata tradisional tersebut juga diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya.

Berikut ini adalah daftar senjata tradisional Sulawesi Selatan.

7 Senjata Tradisional Sulawesi Selatan

1. Badik

Badik berasal dari Sulawesi Selatan. Badik dikenal dengan sebutan Kalio pada era Luwu Kuno. Pada zaman dahulu, badik banyak digunakan sebagai alat pertanian dan bertahan hidup jika ada bahaya mengancam.

Pada perkembangannya kalio berubah nama menjadi badik dan digunakan untuk menjaga siri atau harga diri.

2. Bessing

Bessing atau tombak merupakan senjata tradisional Sulawesi Selatan yang berbentuk kayu dan ujung besi tajam.

Bessing dibuat sepanjang satu meter dengan ujung besi bermata dua yang berkelok menyerupai keris dua kelok.

3. Tappi

Tappi adalah keris asal Suku Bugis, Sulawesi Selatan.

Tappi mempunyai bilah bermata dua yang berkelok-kelok dan meruncing di bagian ujungnya.

Tappi asli terbuat dari batu meteor yang harganya bisa mencapai milyaran rupiah.

Gagang tappi diukir membentuk kepala burung laut. Hal tersebut karena, masyarakat Bugis (salah satu suku Sulawesi Selatan) merupakan suku bangsa pelaut.

4. Pantu

Pantu merupakan senjata tradisional berbentuk tongkat.

Dimana, pantu terbuat dari kayu bulat dengan bebatan besi pada bagian pangkalnya. Bagian tersebut digunakan untuk memukul atau menyodok musuh.

5. Waju Rante

Waju rante bukan berbentuk senjata melainkan baju tradisional yang digunakan untuk pertahanan diri dari Sulawesi Selatan.

Nama lain waju rante adalah rantai cincin besi yang diuntai dan dirajut kemudian dikombinasikan dengan kepingan besi.

Waju rante digunakan dalam perang untuk perlindungan diri dari senjata musuh.

6 Alameng

Alameng yang dalam bahasa bone disebut dengan Alameng Tarapeng merupakan senjata tradisional Sulawesi Selatan yang dianggap sakral.

Alameng juga merupakan pusaka kerajaan sejenis kelewang yang hulu dan sarungnya berlapis emas.

Konon, Alameng hanya dimiliki oleh raja dan penasehat spiritualnya.

Alameng yang merupakan salah satu pusaka kerajaan ini merupakan simbol kemakmuran dan kekuatan, sehingga senjata tradisional ini tidak dapat dibawa kelua istana sembarangan.

7. Kawali

Kawali adalah senjata tradisional Sulawesi Selatan yang bentuknya, seperti badik.

Kawali mempunyai gagang kayu yang bengkok dengan bilah bermata satu yang panjang, ramping, dan runcing pada ujungnya.

Kawali berfungsi sebagai senjata dalam pertarungan, simbol kedewasaan (diselipkan dipinggang laki-laki dewasa), simbol status sosial, penangkal bala, sumpah setia kepada raja, memiliki kekuatan magis, dan warisan keluarga.

(Penulis: Silmi Nurul Utami; Editor: Serafica Gischa; Michael Hangga Wismabrata)

Sumber:

disbudpar.sulselprov.go.id

budaya-indonesia.org

makassar.tribunnews.com

www.kompas.com

regional.kompas.com

 

https://makassar.kompas.com/read/2023/01/17/220059678/7-senjata-tradisional-sulawesi-selatan-salah-satunya-badik

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com