Salin Artikel

Asal-usul Minyak Tawon, Racikan Perantau Tionghoa yang Tidak Terbuat dari Tawon

KOMPAS.com - Kepopuleran minyak tawon khas Makassar memang sudah tersebar ke seluruh penjuru nusantara, bahkan hingga mancanegara.

Minyak gosok dalam botol kaca dengan balutan label bergambar tawon ini bahkan sering dijadikan buah tangan baik oleh wisatawan domestik maupun asing.

Minyak tawon adalah salah satu obat tradisional yang biasa digunakan untuk menghangatkan tubuh baik dengan cara dihirup uapnya, dioles ke tubuh, dan menjadi minyak pijat atau minyak kerik.

Minyak tawon khas Makassar juga dipercaya berkhasiat untuk mengobati masuk angin, pusing, mual, luka, memar, dan gigitan serangga.

Tidak Terbuat dari Tawon

Banyak orang yang kemudian bertanya-tanya, apakah minyak tawon terbuat dari tawon seperti namanya?

Ternyata pemahaman minyak tawon terbuat dari tawon yang dipercaya banyak orang adalah keliru.

Minyak tawon sejatinya adalah minyak gosok yang dibuat dari bahan alami yaitu campuran cengkeh, minyak kayu putih, bawang, jahe, kunyit, daun lada, dan minyak kelapa.

Bahan tersebut tidak menimbulkan efek samping dan sepenuhnya memanfaatkan hasil alam asal Sulawesi Selatan.

Asal-usul Minyak Tawon

Lantas mengapa minyak gosok ini dikenal sebagai minyak tawon?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Makassar dulunya adalah tempat persinggahan pedagang dari berbagai negara, seperti Belanda, Jepang, India, termasuk Tiongkok.

Sebagian dari mereka akhirnya menetap dan berdagang di Makassar dan membangun usahanya di kota ini.

Hal ini pula yang dirintis oleh seorang perantau keturunan Tionghoa bernama Lia A Liat yang memiliki keahlian meramu minyak gosok.

Awal mula sebutan minyak tawon bermula dari nama merek Minyak Gosok Cap Tawon yang diproduksi oleh PT. Tawon Jaya Makassar sejak tahun 1912.

Didirikan pada pada 6 Desember 1912, awalnya Minyak Gosok Cap Tawon diberi nama To Boo Loeng.

Minyak gosok tersebut lantas dijual ke pedalaman-pedalaman Sulawesi.

Setelah itu penjualannya pun merambah Batavia dan Surabaya sebagai bandar strategis ketika masa Pemerintahan Hindia Belanda sepanjang 1906-1942.

Kesuksesan penjualan minyak To Boo Loeng kemudian diturunkan kepada sang anak.

Baru kemudian padan 1984, merek To Boo Loeng diganti dengan Minyak Gosok Cap Tawon di bawah PT. Tawon Jaya Makassar yang menjadikannya semakin dikenal masyarakat di seluruh Indonesia.

Tersohor hingga ke Eropa

Sejak saat itulah Minyak Gosok Cap Tawon mulai dikenal sebagai “minyak ajaib” hingga saat ini.

Terdapat dua jenis varian minyak tawon yaitu yang bertutup putih dan yang bertutup merah, dengan perbedaan pada rasa panas yang dihasilkan setelah dioles.

Bahkan kepopuleran minyak tawon membawanya laris hingga ke daratan Eropa.

PT. Tawon Jaya Makassar mulai mengekspor minyak tawon produksinya ke Inggris dengan volume ekspor sekitar 1,6 ton pada periode Januari-September 2009.

Sumber:
 makassar.antaranews.com 
 minyaktawon.net 
 bobo.grid.id 
 lifestyle.kompas.com (Penulis : Yefta Christopherus Asia Sanjaya | Editor : Wisnubrata)

https://makassar.kompas.com/read/2023/01/16/225957878/asal-usul-minyak-tawon-racikan-perantau-tionghoa-yang-tidak-terbuat-dari

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com