Salin Artikel

Cerita Datu, Lapor Kehilangan Suami Malah Ditertawakan Polisi: Saya Disuruh Ganti Suami Terus Diketawai

Saat membuat laporan, Datu ditertawakan oleh oknum anggota Polsek.

"Saya tiga kali datang melapor. Kali ketiga baru ditanggapi, tapi saya cuma disuruh untuk ganti suami dan terus diketawai. Tidak dibuatkan laporan," kata Datu ketika dikonfirmasi, Selasa (3/1/2023).

Datu yang sedang dalam kondisi hamil tersebut bercerita sang suami tak kunjung pulang setelah pamit membeli gagang pintu.

"Saya sudah cari ke mana-mana suamiku, tapi tak ada. Setelah lewat 1x24 jam, saya pun melapor. Saya khawatir, karena suami saya ada penyakit. Takutnya, ada apa-apa," ujar dia.

Sang suami sepekan hilang

Datu adalah warga Jalan Mangga Tiga, Kelurahan Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Menurutnya sang suami sudah sepekan hilang dan tak kunjung pulang. Ia bercerita awalnya ia menemani Hagai memperbaiki gagang pintu rumah yang rusak.

Karena gagang pintu harus diganti, Hagai pun keluar rumah untuk membeli gagang pintu.

Hagai keluar mengenakan sandal jepit dan berjalan kaki serta membawa ponsel sekitar pukul 09.00 WIB.

Rencananya Hagai membeli gagang pintu di daerah sekitar wilayah Paccerakkang. Namun hingga pukul 01.00 WIB, Hagai tak kunjung pulang ke rumah.

"Sekitar jam 11 saya chat centang satu juga, saya telepon sudah tidak aktif hapenya," kata Datu kepada Tribun-Timur.com, Senin (2/1/2023) sore.

Punya gangguan di otak

Saat sang suami tak ada kabar, Datu pun mulai panik. Apalagi sang suami setahun yang lalu sempat mengalami kecelakaan kerja dan mengalami gangguan di otak kecil.

Ia pun berkeliling ke sekitaran toko yang diperkirakan didatangi Hagai untuk mencari sang suami. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil.

Setelah tak kunjung pulang 1x24 Jam, Datu melapor pada 27 Desember 2022 sekitar pukul 10.00 Wita.

Di kantor polisi, Datu diolok-olok oleh oknum polisi yang menerimanya.

"Saya masuk (di Polsek Biringkanaya) dapat satu polisi dulu, dia bilang mau apa? Jadi saya bilang mau melapor," ucap Datu menceritakan percakapannya dengan oknum polisi yang tidak dikenalinya itu.

"(Terus) dia (oknum polisi) bilang melapor apa? Saya bilang kehilangan. Terus dia bilang lagi kehilangan apa? Saya bilang suami saya hilang pak," sambungnya.

Setelah itu, lanjut Datu, dirinya pun menceritakan kronologi hilangnya Hagai.

"Jadi saya cerita mi kronologinya begini-begitu, ketawai itu bapak baru langsung napanggil temannya yang botak-botak bilang ini layani ini katanya suaminya hilang," ucap Datu.

Tidak berselang lama, polisi dua pun tiba menghampiri Datu dan menanyakan hal yang sama.

"Terus datang (polisi berambut plontos) datang sambil ketawa bilang, Ah masa suaminya hilang, berapakah nomor registrernya," beber Datu.

Selang beberapa saat, Datu pun duduk menunggu berharap diladeni. Namun, harapan Datu dimintai keterangan agar dibuatkan laporan tidak terwujud.

"Saya duduk lama menunggu tidak diladeni. Terus dia (oknum polisi) bilang, ah pulangji itu suami mu, perginaji nongkrong-nongkrong sama temannya," ungkap Datu.

Mendengar jawaban itu, Datu yang pasrah pun hanya berucap dengan lirih, "Saya yang tahu kondisi suamiku pak, karena dia sakit."

Datu pun pulang ke rumah tanpa dibuatkan laporan kehilangan. Di rumah, Datu masih gelisah. Ia seolah tak tahu berbuat bagaimana agar menemukan sang suami.

Datu lantas kembali ke Polsek Biringkanaya melapor.

Jam 13.00 Wita, dirinya tiba, Datu mengaku baru dilayani dua jam kemudian atau pukul 15.00 Wita.

"Saya datang duduk dari Jam 1 baru dilayani jam 3, bukan dilayani (malah) dibicarai (diceramahi)," kata Datu.

"Dia (oknum polisi) bilang, kenapa lagi Bu? Jadi saya bilang, suamiku hilang kasihan, masa tidak dibuatkan laporan polisi nah sudah 1x24 jam," sambungnya.

"Terus dia (oknum polisi) bilang, tidak dibuatkan laporan polisi kalau orang dewasa yang hilang," ungkap Datu menceritakan percakapannya dengan oknum polisi yang ditemui.

Setelah itu, Datu pun mengaku diminta oleh oknum itu untuk memprint foto wajah sang suami.

Datu pun pergi ke tukang cuci foto dan membawa fotonya ke oknum polisi itu.

"Saya disuruhmi tulis alamat sama nomor telpon di kertas, baru dia (oknum polisi) bilang nanti dihubungi," ucapnya.

Lagi-lagi, Datu pulang ke rumah tanpa membawa kertas tanda bukti laporan polisi diterima.

Sebab, niatannya dibuatkan laporan kembali tidak dipenuhi oknum polisi di Polsek Biringkanaya.

Padahal, kata Datu, dirinya sengaja datang sambil membawa ransel berisi berkas seperti KTP, Akta Nikah dan ijazah suami dengan harapan dibuatkan laporan polisi.

Selang beberapa hari, Datu tak kunjung mendapatkan kabar keberadaan suaminya. Hatinya yang gusar dan gelisah, pun kembali mendatangi Polsek Biringkanaya.

" Kemarin lagi saya pergi (ke Polsek Biringkanaya) karena tidak puas hatiku sudah seminggu (sepekan) tidak ada kabar," sebut Datu.

Saat tiba Datu mengaku ditemui oleh oknum polisi berinisial R lalu diarahkan ke salah satu ruangan.

Di dalam ruangan itu, terdapat komputer yang diduga Datu ruang pemeriksaan. Namun, 30 menit menunggu Datu rupanya hanya ditinggal sendiri dalam ruangan.

Ia pun keluar menghampiri polisi yang berbincang dengan polisi lain.

"Saya keluar ruangan bawa ransel lalu saya bilang, tabe pak, jadi saya pulangmi lagi saja ini pak," ucap Datu.

Salah satu polisi yang dihapiri pun mengarahkan Datu duduk kembali.

"Saya dudukmi kembali, terus mereka cerita-cerita sambil ketawa-ketawa baru ditanya kenapa kah Bu? ucap Datu menceritakan apa yang dialami.

Sambil menangis Datu kembali menceritakan bahwa sang suaminya hilang.

"Saya bilangmi lagi, suamiku hilang kasihan pak sudah seminggu dengan saya menangis karena saya sudah sakit hati sekali," beber Datu.

Oknum polisi berinisial R pun memanggil Datu dan duduk di dekat kursinya. Oknum polisi itu lalu menanyakan identitas Datu dan suaminya serta nomor ponsel yang dapat dihubungi.

Namun anehnya kata Datu, identitasnya itu hanya dicatat di belakang buku.

"Tapi masa dicatat di belakang buku, berarti tidak resmi, dicatat-catat mungkin hanya untuk buat hati saya senang," ungkap Datu.

Disuruh ganti suami

Berselang beberapa saat, muncul seorang pria berpakaian preman yang oleh Datu menduga juga polisi.

"Datang polisi satu pakai janggut mungkin dia serse tidak pakaian dinas, pakai baju kaos. Dia bilang kenapa itu?

"Terus dijawab mi ini komandannya, dia bilang hilang suaminya. Terus dia (pria diduga polisi) bilang, eh Bu kalau hilang suaminya diganti," ucap Datu menirukan percakapan yang didengarnya.

Datu pun kembali harus menjawab dengan nada lirih. "Saya bilang kenapa pak? Dia bilang kalau hilang suami diganti, lalu saya bilang tidak semudah itu pak," ucap Datu dengan nada sedih.

Datu lantas bergegas pergi meninggalkan Polsek Biringkanaya. Ia berkeliling hingga ke wilayah Panakukkang demi mencari suaminya.

Kisah Datu yang viral di media sosial pun membuat Kapolsek Biringkanaya Kompol Andi Alimuddin menelpon Datu dan menemuinya.

"Saya ditemui tadi pagi sama pak Kapolsek minta maaf dan berjanji bantu saya cari suamiku," tuturnya.

Sementara itu Kompol Andi Alimuddin pun mengaku telah mengerahkan personel Resmob mencari kebenaran Hagai.

"InsyaAllah sementara kita telusuri sudah ada petunjuk sementara anak Resmob mendalami keberadaanya, mulai pagi tadi anggota sudah jln mudah-mudahan malam ini ada kejelasan," katanya.

Ia juga membuat klarifikasi terkait kasus tersebut. Dia mengaku, anggotanya tidak bermaksud menghina Datu dengan cara menertawainya saat membuat laporan.

"Bukan ditertawakan," kata Andi Alimuddin kepada wartawan.

Alimuddin menjelaskan, jika oknum anggotanya memang sempat melontarkan kata candaan terkait mengganti suami jika hilang.

"Saya sudah ketemu dan minta maaf kalau ada kata-kata anggota saya kurang pas bercanda, tidak melihat kondisinya," ucapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hendra Cipto | Editor : Dita Angga Rusiana), Tribunnews.com

https://makassar.kompas.com/read/2023/01/03/173700078/cerita-datu-lapor-kehilangan-suami-malah-ditertawakan-polisi--saya-disuruh

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com