Salin Artikel

Siswa di Luwu Sulsel Belajar di Teras Rumah Warga karena Sekolah Kembali Disegel, Ini Kata Pemilik Lahan

LUWU, KOMPAS.com  - Siswa di SDN 356 Desa Papakaju, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Selasa (27/9/2022) kembali belajar di teras dan rumah-rumah warga.

Sebab, sekolah mereka selama lebih dari satu bulan disegel oleh pemilik lahan.  

Salah seorang siswa, Nayla mengatakan, mereka sudah belajar dengan kondisi seperti ini selama lebih dari satu bulan dan mereka ingin kembali ke sekolah.

“Kami sudah lebih 1 bulan belajar di teras dan rumah warga, kami mau belajar kembali di sekolah ,” kata Nayla, Selasa (27/9/2022).

Para siswa  menerima pelajaran dari guru mereka dengan cara duduk melantai, termasuk guru mereka berdiri dan duduk melantai memberi pelajaran.

Menurut Ramlah, salah seorang guru di SD tersebut, kadang kala siswanya absen ke sekolah karena kelelahan belajar tanpa bangku dan meja.

"Ada beberapa orang siswa yang tidak masuk sekolah karena kelelahan belajar sambil melantai. Belajarnya tidak efektif karena kadang mereka harus meluruskan kaki yang membuat konsentrasi hilang, Kami juga sebenarnya sudah jenuh, tapi harus bagaimana lagi kondisinya seperti ini," ucap Ramlah.

Pemilik lahan menyegel sekolah SDN 356 Desa Papakaju  meski pada bulan Juli 2022 lalu mediasi sudah dilakukan dan sepakat untuk membuka sekolah.

Namun dalam kesepakatan tersebut, Pemerintah Kabupaten Luwu belum melakukan pembayaran lahan sehingga pemilik lahan kembali menyegel sekolah.

Menurut pemilik lahan, Hartono tempat gedung sekolah didirikan belum diselesaikan pembayarannya.

"Tapi Pemerintah Kabupaten Luwu mengklaim sudah membayar, tapi kami heran mereka bayar pada siapa dan kapan. Kami diperlihatkan kuitansi pembayaran senilai Rp 174 juta tahun 2013, tapi tidak ada dari pihak kami yang menerima uang tersebut satu rupiah pun," ujar  Hartono.

Dia mengatakan, kuitansi pembayaran lahannya diperlihatkan bagian aset Sekretariat Pemda Luwu saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Pendidikan, bagian aset, dan pihak terkait lainnya di komisi I DPRD Kabupaten Luwu  pekan lalu.

Namun, saat ditanya siapa yang menerima dan menyerahkan pembayaran tersebut mereka tidak memberi penjelasan.

"Ternyata sudah dibayarkan tapi kami tidak terima uangnya, dengan begitu kami memilih untuk melaporkan ini pada pihak berwajib, agar masalahnya terang, biar polisi atau kejaksaan yang telusuri. Kami berharap pihak terkait dalam pembayaran ini bisa bertanggung jawab," tutur Hartono.

Kabid Aset Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Luwu Muhammad Rafie mengatakan dalam sistem aplikasi tercantum SDN 356 Papakaju adalah milik Pemkab Luwu sudah dibayar.

"Kalau dilihat dalam sistem aplikasi kami SDN 356 Papakaju sudah dilakukan pembelian sebesar Rp 187 juta, tentunya untuk atas haknya ada pada Dinas Pendidikan atau sekolah yang bersangkutan, " jelas Muhammad Rafie.

https://makassar.kompas.com/read/2022/09/27/094952878/siswa-di-luwu-sulsel-belajar-di-teras-rumah-warga-karena-sekolah-kembali

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com