Salin Artikel

Terancam Banjir Lebih Parah, Ramai-ramai Ketua RT dan RW di Makassar Dukung Jalur Kereta Api Elevated

Warga RW 6 Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea menginginkan agar pembangunan rel kereta api yang akan melintasi kawasan mereka dibangun dengan sistem lintas layang atau elevated.

Persoalan dampak lingkungan, seperti potensi timbulnya banjir menjadi alasan mereka agar pembangunan rel kereta api dibuat melayang dibanding at grade atau di atas permukaan tanah.

"Kalau kami Pak, warga di sini tetap mau dikasih naik (elevated) jalurnya itu kereta api supaya tidak mengganggu jalur air menuju laut. Bisa-bisa kita kena banjir kalau tertahan saluran air gara-gara pembangunan rel di  atas tanah," ujar Ketua Pj RW 6 Kelurahan Bira, Dewi Lestari, Kamis (11/8/2022).

Jika tetap dibangun menggunakan sistem at grade, diperkirakan ada hampir 400 kepala keluarga yang berada di wilayahnya akan terkena banjir.

"Selain banjir, pasti persoalan suaranya juga mengganggu kalau di permukaan tanah. Kalau di ataski tidak sampai bagaimana sekali suaranya ke rumah saya dan warga lainnnya.  Ada hampir 400 KK di sini yang akan terkena pasti dampaknya," terangnya.

Hal senada juga disampaikan Pj Ketua RT 1 RW 6 Kelurahan Bira, Tajuddin. Dia menyebut warga telah sepakat agat pembangunan tidak perlu mengorbankan masyarakat, oleh karenanya mereka mendukung pembangunan rel kereta api sistem elevated.

"Warga di sini maunya dikasi naik itu jalan kereta, seperti modelnya Jalan Pettarani. Kenapa? Itu banjirnya dikhawatirkan. Lari ke mana air dan seperti apa lebih jelasnya, sudah dijelaskan sama pak Wali Kota sama peta-petanya. Saya yakin Pak Wali tidak mau korbankan warganya," ungkapnya.

Sebagai orang yang bermukim di lokasi yang bakal dilalui rel kereta api, baik Pj Ketua RW dan RT sebagai perwakilan meminta kepada Wali Kota Makassar, Danny Pomanto agar dibuat elevated.

"Kami dukung kalau ada pembangunan jalan kereta api. Tapi perhatikan kami juga. Jadi sekali lagi pak, tolong dikasi naik pak relnya," ujarnya.

Warga Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya pun angkat suara dan mendukung rencana pembangunan proyek nasional rel kereta api yang akan melalui kawasan tempatnya bermukim.

Hanya saja warga setempat menginginkan pembangunan rel kereta api menggunakan sistem elevated atau lintas layang.

"Warga di sini mendukung kalau ada pembuatan jalur rel kereta api, tapi warga maunya supaya pakai elevated saja," kata Pj Ketua RW 3 Untia, Wawan.

Menurut Wawan, jika rel kereta api dibangun dengan sistem elevated tidak akan mengganggu resapan air dan alirannya menuju hilir. Sehingga meminimalisir potensi banjir.

"Kalau langsung dibangun di permukaan itu rel, bisa kasi banjir. Masalahnya kita yang tinggal di sini yang akan kena bajir. Apalagi di kawasan kami ini ada wilayah persawahan, jadi rawan sekali tergenang kalau tertutupki alirannya kalau rel dibangun di permukaan tanah, harus memang elevated," tandas Wawan

Dia mengaku mendukung opsi yang ditawarkan Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan 'Danny' Pomanto terkait pembangunan rel kereta api dengan model elevated.

"Saya yakin Pak Wali utamakan keinginan warganya. Apalagi beliau ahlinya soal bangun membangun, arsitek dulu toh," tambah Wawan.

https://makassar.kompas.com/read/2022/08/12/080411478/terancam-banjir-lebih-parah-ramai-ramai-ketua-rt-dan-rw-di-makassar-dukung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com